SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG KAMI

Minggu, 27 Mei 2012

LAPORAN PRAKTIKUM LEMAK



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terdapat berbagai zat-zat yang berfungsi sebagai pembangun dan penghasil energi yang digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas. Zat-zat tersebut didapatkan oleh tubuh melalui bahan makanan yang kita konsumsi. Namun apabila bahan makanan yang kita konsumsi terlalu berlebihan, maka akan menyebabkan efek yang kurang baik bagi tubuh kita seperti timbulnya penyakit. Salah satu zat-zat tersebut adalah lemak. Lemak merupakan zat yang berasal dari makanan dan juga sebagai bentuk cadangan makanan yang disimpan dalam tubuh. Lemak didapat oleh tubuh melalui bahan makanan seperti daging, ikan, susu, dan bahan makanan lainnya. Banyaknya lemak yang terdapat dalam tubuh tergantung pada jumlah kandungan lemak dan jumlah makanan yang kita konsumsi (Anonim, 2009).
Lemak atau lipida yang terdapat dalam tubuh kita harus seimbang, artinya kandungannya tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Jika kita kelebihan lemak, maka kita akan mengalami berbagai penyakit seperti obesitas atau kegemukan, serangan jantung, hipertensi, dan peyakit berbahaya lainnya. Sebaliknya jika kita kekurangan lemak, kita juga dapat terkena penyakit seperti kekurangan gizi. Pada saat dingin lemak dibakar oleh tubuh untuk menghasilkan energi atau pada saat kita tidak makan dan membutuhkan energi. Tubuh kita mempunyai system kerja yang kompleks, sehingga dapat melakukan kegiatan metabolisme dengan baik selama tubuh kita sehat. Termasuk kegiatan membakar lemak menjadi energi.
Secara garis besar lemak yang kita konsumsi ada dua jenis, yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati merupakan lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lemak hewani merupakan lemak yang berasal dari hewan. Contoh lemak nabati adalah lemak yang berasal dari kacang-kacangan. Dan contoh lemak hewani adalah lemak yang berasal dari daging hewan seperti daging sapi yang sering kita konsumsi. Semua jenis lemak ini harus dikonsumsi secara teratur dan seimbang. Lemak dapat juga digunakan sebagai penyedap makanan. Sehingga kita lebih tertarik untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
Dalam tiap 1 gram lemak, tedapat kandungan kalori sebesar 9 kalori. Selain yang telah disebutkan di atas, lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan sebagai pelindung alat-alat tubuh (Sulaiman, 1996).
Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic. Lemak sama halnya dengan zat-zat tubuh lainnya, lemak juga tersusun dari unsure seperti karbon (C), nitrogen (N), oksigen (O), phosphor (P), dan hydrogen (H). Semua unsur-unsur ini bergabung dan membentuk ikatan yang merupakan ikatan dari lemak (Girindra, 1990).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat lemak.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lemak sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan suatu alcohol, biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contohnya ialah triasigliserol yang disebut juga trigliserida, ditemukan dalam serum, minyak kelapa dan minyak lain dari berbagai makhluk hidup. Minyak adalah yang dalam suhu biasa berada dalam bentuk cair. Lemak yang dalam suhu biasa berada dalam bentuk padat disebut sebagai lemak saja. Konsistensi cair atau padat dalam suhu ruang ini ditentukan oleh jumlah atom C yang menysun asam lemak dari TG. Makin panjang rantai C biasanya makin padat. Selain itu juga ditentukan oleh jumlah ikatan rangkap antar atom C. makin banyak ikatan rangkap maka konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap ini disebut asam lemak esensial yang harus ada dalam makanan. Pada umumnya lemak tumbuhan berupa minyak karena rantai C penyusunnya, asam lemaknya agak lebih pendek dan jumikatan rangkapnya relative lebih banyak.
B. Lemak majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan suatu alcohol. Suatu asam lemak dan senyawa lain yang bukan alcohol maupun asam lemak. Senyawa ini dapat berupa asam fosfat, asam amino, basa organic seperti kolin atau betadin. Pada umumnya lemak majemuk ini bermuatan listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air. Lemak majemuk ini ikut menyusun lemak, asam lemak dengan ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dan asam lemak tanpa ikatan rangkap atau ikatan asam lemak jenuh, kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid. Lemak majemuk ini ikut menyusun membrane sel dan juga selubung sel serat syaraf.
C. Turunan lemak
Yang dimaksud dengan turunan lemak yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Jadi yang termasuk dalam kelompok ini adalah gliserol dan berbagai alcohol lain yang ikut menyusun lemak. Asam lemak dengan ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dan asam lemak tanpa ikatan atau asam lemak jenuh, kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormone steroid (kortisol, prednisone, estrogen, progesterone, testoteron, dan aldosteron. Selain itu meskipun bukan termasuk lemak perlu juga diketahui bahwa vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau pelarut lemak. Vitamin ini seperti vitamin A, D, E, dan vitamin K yang memerlukan lemak untuk diserap atau untuk melakukan absorbsi pada tubuh dan digunakan didalam tubuh.


B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum tentang lemak yang bertujuan untuk melihat atau mengetahui sifat-sifat lemak. Bahan yang digunakan adalah minyak curah, minyak bimoli, margarine, dan keju.
Uji yang dilakukan pada praktikum ini adalah uji titik cair dan titik beku dan uji penyabunan. Untuk minyak fortune pada uji titik cair, minyak tersebut dipanaskan dalam air, dimana pada saat minyak fortune ini mulai mencair pada saat suhu air sebesar 98 ̊C dengan kondisi suhu awal air yaitu sebesar 30̊C. Ini menandakan bahwa minyak fortune dapat mencair pada suhu tertentu. Sedangkan pada uji titik beku, yaitu dengan cara minyak fortune dimasukkan atau didinginkan pada air yang didinginkan dan didapatkan hasil bahwa minyak fortune mulai membeku pada suhu air 14̊C dengan suhu awal air tersebut adalah sebesar 29̊C. Ini berarti minyak fortune juga dapat membeku pada suhu tertentu. Pada uji penyabunan dengan bahan margarine yang ditambahkan dengan larutan KOH didapatkan hasil pada adanya 2 lapisan pada margarine tersebut, dimana pada lapisan atas lebih jernih dan yang bawah lebih keruh. Sedangkan pada saat margarine ditambahkan dengan larutan NaOH diperoleh hasil bahwa margarine mulai mengalami perubahan pada saat dipanaskan pada suhu air 97 ̊C, dimana pada suhu tersebut terdapat buih dan lapisan atas lebih pekat daripada lapisan bawah.
Hasil yang didapat pada uji titik cair pada minyak curah, yaitu minyak curah mulai mencair pada saat dipanaskan dalam air yang bersuhu 98 ̊C dengan keadaan awal atau suhu awal sebesar 30 ̊C. Dan pada uji titik beku didapatkan bahwa minyak curah akan membeku pada suhu air 10 ̊C dengan keadaan awal sebesar 30 ̊C. Untuk memperoleh titik cair dan titk beku diperlukan waktu yang dan suhu yang sesuai dengan kodisi bahan sehingga akan tercapai keadaan dimana bahan mengalami bentuk cair dan bentuk beku. Uji penyabunan menunjukkan adanya gelembung saat menggunakan NaOH dan adanya warna keruh pada saat menggunakan KOH.
Bahan terakhir yang digunakan dalam praktikum ini adalah keju. Uji penyabunan pada keju yang ditambahkan dengan larutan KOH menunjukkan bahwa pada saat suhu 96 ̊C, keju yang pada awalnya berwarna kekuning-kuningan berubah menjadi kuning keputihan dan adanya buih pada dinding tabung reaksi. Sedangkan pada saat keju ditambahkan dengan larutan NaOH diperoleh hasil bahwa pada suhu air 98 ̊C keju mulai mengalami perubahan dimana warna keju menjadi keputihan dana adanya buih pada dinding tabung reaksi.
Lama atau tidaknya waktu yang dibutuhkan untuk titik beku dan titik cair sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Komponen-komponen lemak yang ada pada bahan praktikum ini memiliki kandungan yang berbeda-beda dan menyebabkan perbedaan suhu dan waktu.

V. KESIMPULAN
Dari praktikum lemak yang telah dilaksanakan, maka dapat dismpulkan bahwa :
1. Lemak merupakan sumber energi terbesar yang ada tubuh manusia.
2. Menurut ikatannya, asam lemak dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
3. Lemak menurut asalnya dibagi menjadi dua yaitu lemak nabati dan lemak hewani.
4. Lemak merupakan sumber asam lemak esensial yang dapat diubah menjadi makanan oleh tubuh.



DAFTAR PUSTAKA
Girindra, A. 2000. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.

Wikipedia. 2004. Lemak. (online) (http//. id.wikipedia.org. diakses 10-11-2009).

Poejiadi, A. 2002. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Sulaiman, H. A. 2006. Dasar-dasar Biokimia untuk Pertanian. Universitas
Sumatera Utara Press. Medan.

Sabtu, 26 Mei 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini banyak ditemukan berbagai macam metode pengajaran. Dalam mempelajari suatu teori tidaklah cukup jika hanya dengan mengetahui secara bacaan saja, karena itu semua belumlah cukup sehingga perlu dilakukan suatu hal yang disebut dengan praktikum. Adanya praktikum kita dapat mengetahui apakah teori tersebut benar atau salah, demikian juga dengan teori karbohidrat yang akan dibahas ini. Karbohidrat merupakan suatu zat gizi yang berfungsi sebagai zat penghasil energi, dimana pada setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori energi, walaupun pada kenyataannya lemak dapat menghasilkan energi lebih besar. Tetapi karbohidrat lebih banyak di konsumsi oleh masyarakat daripada lemak. Terutama pada negara-negara berkembang misalnya Indonesia menjadikan nasi yang merupakan sumber karbohidrat sebagai makanan pokok. Hal ini disebabkan karena sumber bahan makanan karbohidrat lebih murah daripada sumber makanan lemak. Selain itu karbohidrat lebih mudah di cerna daripada lemak.

            Adapun tujuan dari praktikum dengan materi karbohidrat kali ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum maupun khusus dari karbohidrat dan mengetahui klasifikasi karbohidrat. Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui lebih dekat mengenai karbohidrat mulai dari sifatnya dan klasifikasinya.


 

BAB  II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia yang aktif memerlukan banyak karbohidrat, namun kelebihan karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam lemak (Riawan, 1998). Karbohidrat adalah polihidroksiketon, mempunyai rumus Cn(H2O)n. Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya (Suharsono,1992).


 

2.2. Klasifikasi Karbohidrat

2.2.1.   Monosakarida


 

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana, monosakarida larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol juga eter. Monosakarida dibagi menjadi dua, yaitu aldosa dan ketosa. Aldosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus aldehid. Aldosa terdiri dari glukosa dan galaktosa. Glukosa adalah suatu aldosa, aldoheksa atau dektrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Galaktosa jarang terdapat di alam bebas. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat di dalam susu ( Fessenden, 1999 ). Ketosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus fungsi keton, contohnya fruktosa yang merupakan suatu karbon heksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri (Riawan, 1998). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lemak menjadi lain (Purba, 1997)


 

2.2.2.  Oligosakarida

Oligosakarida merupakan karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida (Yunani, oligo-, = beberapa).

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri dari beberapa molekul monosakarida. Oligosakarida dibedakan atas  :

Disakarida, terdiri atas maltosa, laktosa, solobrosa, meletrosa, gatibrosa, dan turatosa (mampu mereduksi), sukrosa (tidak memiliki sifat pereduksi),                        

Trisakarida, terdiri atas marcotrosa, rhaminosa, rattinosa, meltitosa,                  

Tetrasakarida, terdiri atas stacyosa, schorodosa,

Pentasakarida, contohnya verbacossa  (  Fessenden,1999 ).

Oligoskarida yang lain adalah trisakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida (Damin, 1986). Contoh dari oligosakarida yaitu sukrosa. Sukrosa adalah gula yang kita kenakan sehari-hari. Baik yang berasal dari tebu maupun gula. Dengan hidrolisis, sukrosa akan pecah menjadi fruktosa dan glukosa (Fesenden, 1994).


 

2.2.3.   Polisakarida


 

Senyawa dalam polisakarida terdiri dari molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukorida. Polisakarida memiliki tiga maksud dalam kehidupan, yaitu sebagai bahan pembangunan, bahan makanan dan sebagai zat speritik. Polisakarida sebagai bahan bangunan, contohnya selulosa dan kitin. Polisakarida sebagai nutrisi yang lazim adalah pati dan glikogen. Contoh suatu zat epintik ialah heparin, suatu polisakarida yang mencegah koagulasi darah. Selulosa adalah senyawa organik paling melimpah di bumi (Soeharsono,1992). Polisakarida menghasilkan lebih dari 6 monosakarida pada hidrolisis. Contoh–contoh polisakarida yang dapat linier dan bercabang adalah pati dan dekstrin. Mereka kadang - kadang dinamakan sebagai heksosan, pentosan, homopolisakarida, atau heteropolisakarida tergantung pada bentuk monosakarida yang mereka hasilkan pada hidrolisis (Harper, 1979). Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida. Berat molekul monosakarida bervariasi dari sekitar 500 sampai 500000, bergantung pada jumlah yang terkandung dari monoskarida (Purba, 1997).


 

BAB III

MATERI DAN METODE

              Praktikum Kimia Dasar dengan Materi Karbohidrat dilaksanakan pada Hari Sabtu, 24 Oktober 2009, pukul 13.00 – 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Dipomegoro Semarang.


 

3.1. Materi

             Alat yang digunakan dalam praktikum karbohidrat, yaitu  Pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil suatu larutan, tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan suatu larutan, rak tabung berfungsi untuk melutakkan tabung reaksi, pemanas air untuk memanaskan larutan dalam tabung, kaki tiga sebagai tempat untuk meletakkan tabung elemeyer, bunsen sebagai pemanas, penjepit untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan, gelas beker sebagai tempat larutan. Untuk bahannya yaitu kertas saring, kertas lakmus, glukosa, laktosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup, larutan Iodine, Na2CO3,, fehling A, fehling B, Asam Pikrat pekat, HNO3 pekat, Pereaksi Benedict.


 

 3.2.Metode


 

            3.2.1. Prosedur Uji Kelarutan


 

          Menyiapkan lima tabung reaksi, kemudian memasukkan berturut-turut glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa dan kanji sebanyak 10 tetes. Setelah itu kita mencatat warna dari bentuk fisik karbohidrat tersebut, langkah berikutnya yaitu menambahkan 10 ml aquades kesetiap tabung reaksi. Selanjutnya kita tutup dengan ibu jari dan menggojog dengan baik. Langkah terakhir mencatat hasil pengamatan kedalam tabel.   

                                                                                                                                                             
 

 3.2.2. Prosedur Uji Fehling


 

                     Menyiapkan enam tabung reaksi dan dengan pipet tetes mengisi berturut-turut 1ml larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, kanji, dan sirup. Kemudian masing-masing tabung reaksi diisi 5 ml Fehling A dan Fehling B. dan selanjutnya digojog, setelah itu kita tempatkan dalam  pemanas air mendidih selama 10 menit dan mengamati perubahan yang terjadi. Uji ini positif jika terbentuk endapan merah bata.


 

3.2.3. Prosedur Uji Benedict


 

                        Memasukan 10 tetes larutan glukosa 2 % kedalam tabung reaksi, kemudian di tambahkan 10 tetes pereaksi benedict setelah  itu kita panaskan beberapa saat, maka akan terjadi perubahan warna. Amati dengan teliti dan catat pada lembar pengamatan . reaksi positif jika terjadi endapan  warna merah muda. Ulangi pengujian ini teradap larutan fruktosa,  laktosa, sukrosa, madu, sirup dan kanji.

3.2.4. Prosedur Uji Asam Pikrat


 

           Memasukan 10 tetes glukosa kedalam tabung reaksi. Tambahkan larutan Asam Pikrat jenuh dan Sodium Karbonat, setelah  dipanaskan beberapa saat amati perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif jika terbentuk warna merah. Ulangi percobaan ini terhadap larutan fruktosa, laktosa, kanji, dan sirup.


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji kelarutan

Tabel 3. Uji Kelarutan

Sampel

Warna

Keterangan

Glukosa

Bening

Larut

Fruktosa

Kuning ening

Larut

Laktosa

Kuning bening

Larut

Sukrosa

Bening

Larut

Kanji

Lebih keruh

Larut

 Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Praktikum uji kelarutan glukosa, fruktosa, sirup, laktosa, madu, sokrosa, kanji larut dalam air. Hal ini menunjukan bahwa bahan tersebut merupakan gugus monosakarida. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (1999), yaitu monosakarida dapat ditemukan dalam wujud glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Sampel apabila ditambahkan dengan aquades akan membentuk suatu larutan yang mengakibatkan warnanya menjadi keruh atau jernih berarti sampel tersebut mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hawab (2003) yang menyatakan bahwa suatu senyawa karbohidrat biasanya diakhiri dengan kata sakarida yang berarti gula (bahasa Yunani) atau dengan kata osa.


 

4.2.  Uji Pereduksi (Uji Fehling)

  Tabel 4. Uji Fehling   

Sampel

Reaksi

( +/ - )

Keterangan

Laktosa

+

Merah bata, terdapat  endapan

Sukrosa

-

Tidak terdapat endapan merah bata

Glukosa

+

Terdapat endapan  merah bata

Fruktosa

+

Terdapat endapan  merah bata

Kanji

-

Tidak terdapat endapan  merah bata

Madu

+

Terdapat endapan  merah bata

Sirup 2 %

+

Terdapat endapan  merah bata

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

 Pereaksi fehling terdiri atas fehling A dan B yang bila dicampur akan berwarna biru. Bila senyawa yang mengandung aldehid direaksikan dengan fehling maka akan terjadi endapan yang berwarna merah bata dan hasil menunjukan positif. Pada larutan sukrosa dan kanji tidak menunjukan hasil positif karena warna tidak mengalami perubahan yaitu warna tetap biru dan tidak terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999). bahwa reaksi yang positif menghasilkan endapan warna merah.


 

4.3.  Uji Benedict

Tabel 5. Uji Benedict


 

Sampel

Reaksi (+/-)

Keterangan

Glukosa 2 %

+

Warna merah bata

Sukrosa

-

Warna hijau

Maltosa

+

Warna merah bata

Laktosa

+

Warna merah bata

Fruktosa

+

Warna merah bata

Kanji

-

Warna biru

Madu

+

Warna merah bata

Sirup

-

Warna hijau tua

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Setelah larutan diletakan dalam tabung reaksi dan sebelum dipanaskan, semua larutan berwarna biru bening. Setelah larutan itu ditambah pereaksi benedict dan dipanaskan, akan menghasilkan endapan merah bata, Endapan merah tadi adalah hasil reduksi CuO menjadi Cu2O. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999), bahwa reaksi yang positif  menghasilkan warna merah bata.


 

4.4.  Uji Asam Pikrat 

Tabel 6. Uji Asam Pikrat

Sampel

Reaksi (+/-)

Keterangan

Glukosa 2 %

+

Warna marah

Fruktosa

+

Warna merah

Laktosa

+

Warna merah

Kanji

-

Warna  Kuning               

Sirup

-

Warna Orange

Sukrosa

+

Warna Merah  

Madu

+

Warna Merah


Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Menurut percobaan ini glukosa, maltosa dan laktosa dapat mereduksi asam pikrat menjadi asam pikramat dengan perubahan warna menjadi merah bata. Glukosa teroksidasi menjadi asam glukonat dan asam pikrat menjadi asam pikromat jika tereduksi. Asam inilah yang berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999), bahwa reaksi yang positif menghasilkan warna merah.


 

      
 

BAB IV

KESIMPULAN.

Karbohidrat merupakan polihidroksi keton atau polihidrataldehid yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Pada uji kelarutan golongan monosakarida mudah larut dalam air. Sifat kimia dapat diuji dengan Uji Fehling dan akan terbentuk endapan merah bata, maka karbohidrat memiliki sifat pereduksi. Karbohidrat sebagai pereduksi diuji dengan Benedict yang ditunjukan dengan endapan merah bata. Tes asam pikrat terbentuk warna merah bata menunjukan reaksi positif.


 

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra. G, H Marsetyo. 1995. Ilmu Gizi. Rineka Cipta : Jakarta.

Fessenden, J. 1994. Dasar Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

                     . 1999. Kimia Organik. Edisi  kedua. Erlangga, Jakarta

Harper, H . A .1979 . Biokimia. Buku kedokteran E. G. C : Jakarta

Hawab, M. 2003. Pengantar Biokimia. Bayu Media Publishing, Bogor.

Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Erlangga, Jakarta.

Riawan,S. 1990.Kimia Organik.Binarupa Aksara, Jakarta

Soeharsono, N. 1992.Biokimia jilid 1. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta


 

Cara Klasifikasi Mahluk Hidup

 
 

 
 


Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup

Kegiatan klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.

Telah Anda ketahui bahwa makhluk hidup sangat banyak jumlahnya dan sangat beranekaragam ciri dan sifatnya. Tentunya sangat sulit mempelajari makhluk hidup yang sangat beranekaragam tersebut. Untuk itu perlu dicari cara yang paling baik, yaitu dengan melakukan pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Jadi tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah menyederhanakan obyek kajian, sekaligus mempermudah dalam mengenali keanekaragaman makhluk hidup.

Bagaimanakah cara klasifikasi makhluk hidup? Sejak zaman prasejarah manusia sudah melakukan pengelompokan makhluk hidup. Ada kelompok hewan berbisa dan tidak berbisa, kelompok hewan pemangsa dan yang dimangsa, serta hewan yang berguna dan merugikan bagi manusia. Demikian juga tumbuhan, ada tumbuhan obat-obatan, dan tumbuhan penghasil pangan. Selain itu ada pula tumbuhan sayur-sayuran dan buah-buahan serta umbi-umbian.

Anda dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup seperti di atas. Melalui pengamatan di lingkungan sekitar, Anda dapat mengelompokkan hewan berkaki dua dan berkaki empat, serta hewan pemakan rumput dan pemakan daging. Demikian pula pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.

Pengelompokan makhluk hidup dapat pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di pasar ada kelompok sayuran, buah-buahan, hewan ternak dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kita memperolehnya serta memanfaatkannya.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup pada zaman prasejarah, antara lain berdasarkan manfaat bagi manusia.

Perkembangan selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan cara pengelompokan makhluk hidup yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan cara-cara pengelompokan pada zaman prasejarah. Contoh; Aristoteles (384 – 322 SM), mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi vertebrata dan avertebrata. John Ray (1627 – 1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-grup kecil. Ia telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies. Carolus Linnaeus (1707 – 1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia juga mengenalkan pada system tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu Monera (bakteri dan ganggang biru); Protista (ganggang dan protozoa); Fungi (jamur); Plantae (tumbuhan); dan Animalia (hewan).


 

Gambar 16. Kerajaan makhluk hidup menurut Whittaker

Masing-masing kingdom/kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi Divisio/Divisi untuk tumbuhan dan Phylum/Filum untuk hewan. Setiap Divisi atau Filum terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Demikian dan seterusnya.

Setiap kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson. Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hokum), atau juga disebut sistematika (susunan dalam suatu system). Berdasarkan uraian diatas dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi, dan anatominya. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya.

Makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang disebut spesies atau jenis.
Contohnya:  Spesies kucing (Felis domestica)
Spesies harimau (Felis tigris)

Beberapa spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia (suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas). Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.

Dengan cara demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya sedikit.

Untuk membantu memahami uraian di atas, perhatikan skema atau bagan berikut!


 

Gambar 17. Skema tingkatan takson, spesies (jenis), sampai kingdom (kerajaan)

Bagaimanakah penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati contoh berikut:

a.

Klasifikasi hewan kucing

 

Kerajaan (Kingdom)
Chordata Kelas (Classis)
Carnivora Suku (Familia)
Felis Jenis (Spesies)

:
:
:
:

Animalia Filum (Phylum)
Mamalia Bangsa (Ordo)
Felidae Marga (Genus)
Felis Catus (kucing)


 

b.

Klasifikasi tumbuhan padi

 

Kerajaan (Kingdom)
Divisi (Divisio)
Anak Divisi (Sub Divisio)
Kelas (Classis)
Bangsa (Ordo)
Suku (Familia)
Marga (Genus)
Jenis (Spesies)

:
:
:
:
:
:
:
:

Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledoncae
Poales
Poaceae
Oryza
Oryza Sativa (padi)

Sesuai dengan perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya.

TINGKAT TAKSONOMI

Disebut juga tingkat pengelompokkan.Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut:
1.     Regnum/Kingdom     (Dunia/Kerajaan)
2.     Divisio/Phyllum     (Tumbuhan/Hewan)
3.     Classis     (Kelas)
4.     Ordo     (Bangsa)
5.     Familia     (Suku)
6.     Genus     (Marga)
7.     Species     (Jenis)

TATA NAMA

Dalam pemberian nama mahluk hidup kita mengenal nama daerah (anjing, dog) dan nama ilmiah (ex: canine). Nama daerah hanya dapat dimengerti oleh penduduk di daerah itu. Nama Ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia menggunakan bahasa latin/yang dilatinkan. Setiap organisme hanya memiliki satu nama yang sah.

CARA PEMBERIAN NAMA JENIS

Sistem tata nama yang digunakan disebut "binomial nomenclatur" yaitu pemberian nama jenis/spesies dengan menggunakan 2 kata. Misalnya: padi > Oryza sativa. Cara :
Kata depan : nama marga (genus)
Kata belakang : nama petunjuk spesies (spesies epithet). Sistem binomial nomenklatur dipopulerkan pemakaiannya oleh Carolus Linnaeus.

CARA PEMBERIAN NAMA KELAS, BANGSA DAN FAMILI

1. Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
2. Nama ordo adalah nama genus + ales. contoh: zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
3. Nama famili adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili Cannacea
Tata Nama Makhluk Hidup

Dalam kehidupan Anda, mungkin sering menemukan suatu jenis makhluk hidup, misalnya tanaman mangga dalam bahasa Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut pauh. Contoh lain, pisang dalam bahasa Indonesia, di Jawa Barat disebut cau, sedangkan di Jawa Tengah dinamakan gedang. Nama mangga dan pisang dapat berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk setempat.

Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin, sesuai dengan kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat, tetapi diharapkan suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar. Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis. Di samping itu akan dibahas juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.

a.

Nama Jenis
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal (mufrad) yang sudah dilatinkan. Misalnya, tanaman jagung nama spesiesnya (jenis) Zea Mays. Burung merpati nama spesiesnya Columbia livia. Kata pertama merupakan nama marga (genus), sedangkan kata kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Dalam penulisan nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama petunjuk jenis, seluruhnya menggunakan huruf kecil. Selanjutnya setiap nama jenis (spesies) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak miring atau digaris-bawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah lain.

b.

Nama Marga (Genus)
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tumbuhan Solanum (terong-terongan), marga hewan Felis (kucing), dan sebagainya.

c.

Nama Suku (Familia)
Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak. Biasanya berasal dari nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Bila tumbuhan, maka ditambahkan akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari kata Solanum + aceae. Tetapi bila hewan ditambahkan dengan idea. Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea. Demikian uraian tentang tata nama makhluk hidup

Jumat, 06 April 2012


KERANGKA TULANG BURUNG -

Rabu, 04 April 2012

materi kuliah
Senin, 07 November 2011
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

A. Latar Belakang
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya (testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi.
Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.


B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui anatomi sistem reproduksi pria dan wanita
2. Mahasiswa mengetahui fisiologi organ reproduksi pria dan wanita
3. Mahasiswa mengetahui hormon-hormon yang bekerja pada sistem reproduksi
4. Mahasiswa mengetahui perkembangan sperma
5. Mahasiswa mengetahui siklus menstruasi..

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana anatomi sistem reproduksi pria ?
2. Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pria?
3. Apa saja hormon yang bekerjapada sistem reproduksi ?
4. Bagaimanakah siklus menstruasi terjadi?
5. Bagaimanakah terjadinya spermatogenesis ?

SISTEM REPRODUKSI PRIA

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria
1. Struktur luar dari sistem reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum (kantung zakar) dan testis (buah zakar).
1) Penis
Penis terdiri dari:
- Akar (menempel pada didnding perut)
- Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
- Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans penis. Dasar glans penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:
- 2 rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
- Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
2) Skrotum
Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh.
Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

3) Testis
Testis berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak di dalam skrotum. Biasanya testis kiri agak lebih rendah dari testis kanan.
Testis menghasilkan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) juga hormon testosterone.
Fungsi testis, terdiri dari :
a) Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus.
b) Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial.
Testis memiliki 2 fungsi, yaitu:
Pembentukan sperma oleh tubulus seminiferus.
Pembentukan hormone testoteron oleh sel leydig
2. Struktur dalamnya terdiri dari : vas deferens, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis.Alat kelamin laki-laki terbagi atas 3 bagian :
1) Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang membawa sperma dari epididimis. Saluran ini berjalan ke bagian belakang prostat lalu masuk ke dalam uretra dan membentuk duktus ejakulatorius. Struktur lainnya (misalnya pembuluh darah dan saraf) berjalan bersama-sama vas deferens dan membentuk korda spermatika.
2) Uretra
Uretra berfungsi 2 fungsi:
- Bagian dari sistem kemih yang mengalirkan air kemih dari kandung kemih
- Bagian dari sistem reproduksi yang mengalirkan semen.
3) Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat terletak di bawah kandung kemih di dalam pinggul dan mengelilingi bagian tengah dari uretra. Biasanya ukurannya sebesar walnut dan akan membesar sejalan dengan pertambahan usia.
Prostat mengeluarkan sekeret cairan yang bercampur secret dari testis, perbesaran prostate akan membendung uretra dan menyebabkan retensi urin. Kelenjar prostat, merupakan suatu kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar yang terbagi atas 4 lobus yaitu:
Lobus posterior
Lobus lateral
Lobus anterior
Lobus medial
Fungsi Prostat:
Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina.
Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.
4) Vesikula seminalis.
Prostat dan vesikula seminalis menghasilkan cairan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. Cairan ini merupakan bagian terbesar dari semen. Cairan lainnya yang membentuk semen berasal dari vas deferens dan dari kelenjar lendir di dalam kepala penis.
Fungsi Vesika seminalis :
Mensekresi cairan basa yang mengandung nutrisi yang membentuk sebagian besar cairan semen

3. Duktus Duktuli
1) Epididimis
Merupakan saluran halus yang panjangnya ± 6 cm terletak sepanjang atas tepi dan belakang dari testis. Epididimis terdiri dari kepala yang terletak di atas katup kutup testis, badan dan ekor epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan visceral, lapisan ini pada mediastinum menjadi lapisan parietal.
Saluran epididimis dikelilingi oleh jaringan ikat, spermatozoa melalui duktuli eferentis merupakan bagian dari kaput (kepala) epididimis. Duktus eferentis panjangnya ± 20 cm, berbelok-belok dan membentuk kerucut kecil dan bermuara di duktus epididimis tempat spermatozoa disimpan, masuk ke dalam vas deferens
Fungsi dari epididimis yaitu sebagai saluran penhantar testis, mengatur sperma sebelum di ejakulasi, dan memproduksi semen.

2) Duktus Deferens
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus ini berjalan masuk ke dalam rongga perut terus ke kandung kemih, di belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis dan selanjtnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostate. Panjang duktus deferens 50-60 cm.
3) Uretra.
4. Bangunan Penyokong atau Penyambung
1). Funikulus Spermatikus
Bagian penyambung yang berisi duktus seminalis, pembuluh limfe, dan serabut-serabut saraf.

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria
1. Hormon pada Laki-laki
a. FSH
Menstimulir spematogenesis.
b. LH
Menstimulir Sel Interstitiil Leydig untuk memproduksi Testosteron.
c. Testosteron
Bertanggung jawab dalam perubahan fisik laki-laki terutama organ seks sekundernya.
Efek hormon testoteron pada pria:
Sebelum lahir:
a. Maskulinasi saluran reproduksi dan genital eksterna
b. Mendorong penurunan testis ke skrotum
Efek reproduksi
c. Pertumbuhan dan pematangan organ reproduksi
d. Penting dalam spermatogenesis
Pertumbuhan tanda kelamin sekunde
2. Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa. Berlangsung 64 hari. Spermatogonia berkembang menjadi spermatozit primer. Spermatozit primer menjadi spermatozit sekunder.
Spermatozit sekunder berkembang menjadi spermatid. Tahap akhir spermatogenesis adalah pematangan spermatid menjadi spermatozoa. Ukuran spermatozoa adalah 60 mikron. Spermatozoa terdiri dari kepala, badan dan ekor.
C. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
1. Genetalia Eksterna (vulva)
Yang terdiri dari:
1) Tundun (Mons veneris)
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis
2) Labia Mayora
Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora
Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
4) Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi)
Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
6) Himen (selaput dara)
Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian posterior
7) Perineum (kerampang)
Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
2. Genetalia Interna
1). Vagina
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak (ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5. keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.


2). Uterus
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).
Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.
1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan beban hingga 5 liter
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :
a) Peritonium
Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen.

b) Lapisan otot
Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam. Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian pendarahan dapat terhenti.
Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

c) Endometrium
Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar endometrium. Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang menyangga uterus adalah:
a) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
b) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
c) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
d) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
e) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
f) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan.

3). Tuba Fallopii
Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap melakukan implantasi.

4). Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesterone
. Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi, sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

D. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
1. Hormon Reproduksi pada wanita
1). Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.
2). Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
3). Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel ovum).
4). Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

E. Siklus Menstruasi

Siklus mnstruasi terbagi menjad 4. wanita yang sehat dan tidak hamil, setiap bulan akan mengeluarkan darah dari alat kandungannya.
1.Stadium menstruasi (Desquamasi), dimana endometrium terlepas dari rahim dan adanya pendarahanselama 4hari.
2.Staduim prosmenstruum (regenerasi), dimana terjadi proses terbentuknya endometrium secara bertahap selama 4hr
3.Stadium intermenstruum (proliferasi), penebalan endometrium dan kelenjar tumbuhnya lebih cepat.
4.Stadium praemenstruum (sekresi), perubahan kelenjar dan adanya penimbunan glikogen guna mempersiapkan endometrium.

F. Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.

2. Progesterone
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.

3. Gonadotropin Releasing Hormone
GNRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga

A.Kesimpulan
Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di tandai dengan mimpi basah pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.

B.Saran
Pengetahuan mengenai seks & seksualitas hendaknya dimiliki oleh semua orang. Dengan pengetahuan yang dimiliki diharapkan orang tersebut akan dapat menjaga alat reproduksinya untuk tidak digunakan secar bebas tanpa mengatahui dampaknya, Pengetahuan yang diberikan harus mudah dipahami, tepat sasaran, dan tidak menyesatkan. Dengan demikian orang tersebut akan dapat menghadapi rangsangan dari luar dengan cara yang sehat, matang dan bertanggung jawab.
Diposkan oleh Firm@ntblog di 1:11:00 PM
Label: AnfisReproduksi

Selasa, 03 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUMSTRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN I


 

TATA LETAK DAUN PADA BATANG

(Phyllotaxis atau Dispositio Foliorum)


 

Dosen Pembimbing:

Evika Sandi Savitri, M.P


 

Oleh:

Ahmad coirul m.

(10620027)


 


 


 


 



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2009


 


 

BAB I

PENDAHULUAN


 

1.1 Latar Belakang

Bukanlah hal sulit untuk menemukan bagian tanaman khususnya daun. Daun atau bagian dari daun sering ditemukan dalam berbagai bentuk. Banyaknya macam bentuk dan modifikasinya itu menjadi pemikiran bagi botanis untuk membuat penamaan yang tepat dengan kaidah yang diciptakan oleh botanis, tetapi juga tidak meninggalkan kaidah umum yang dianut oleh masyarakat, sehingga dari deskripsinya dapat dikenal bentuk atau organ lain. Daun merupakan suatu organ tubuh tumbuhan yang amat penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tumbuhan (Sebastian, 2008).

Maka dengan adanya praktikum ini,kita semakin paham dan dapat lebih mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia) dan diagram duduk daun. Selain itu kita juga dapat mengerti tentang tata letak daun pada batang (dispositio
foliorum).


 

  1. Tujuan

    Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengenal macam-macam duduk daun (phyllotaxia) dan diagram duduk daun.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


 


 

Keterangan :

1. Berapa jumlah daun pada setiap buku-bukunya

2. Rumus daun

3. Sudut divergensi

4. Diagram


 

  1. Pembahasan
    1. Daun Asoka (Ixora hybrida)

      Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun asoka (Ixora hybrida) adalah termasuk daun berhadapan bersilang (folio opposite), tidak mempunyai rumus daun dan sudut divergensi.

      Di habitat alam, tanaman soka tumbuh sebagai tanaman perdu tahanan (perennial). Susunan tubuh terdiri atas akar, batang, cabang, daun, bunga, dan biji. Tanaman soka mempunyai akar tunggang yang dalam akar cabang serta akar rambut yang menyebar ke semua arah. Hal ini memperkokoh tubuh tanaman dan permukaan tanah. Daya jangkau perakaran dapat mencapai ke dalam 100 cm/lebih. Tetapi umumnya menyebar pada lapisan oleh tanah sedalam 30-40cm. Batang tanaman soka berukuran keras dan lentur serta tumbuh tegak mencapai ketinggian 3m/lebih. Akan tetapi, ada pula tanaman dengan ketinggian 30-70cm,yang disebut soka ini. Percabangannya tumbuh rapat dan banyak, sejak ketinggian 5cm dari permukaan tanah hingga kebagian ujung tanaman.bentuk daun soka umunya lonjong dan lebar, tetapi beberapa jenis atau spesies soka berdaun kecil dan bentuknya keriting. Letak daun berpasangan, baik pada tiap percabangan maupun ranting. Daun umumnya berwarna hijau kekuning-kuningan (variegata) (Rukmana, 1997).


       

    2. Daun Sepatu (Hibiscus rosasinensis)

      Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun sepatu (Hibiscus rosasinensis) adalah termasuk daun tersebar (folio sparsa), mempunyai rumus daun 2/5 dan sudut divergensi 1440

      Di habitat alam, tanaman sepatu tumbuh sebagai tanaman perdu tahanan (perennial). Susunan tubuh terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman sepatu ini memumpunyai akar tunggang coklat muda. Batangnya bulat, berkayu, keras ,berdiameter kurang lebih 9cm. Daunya tunggal, tepi beringgit, ujungnya runcing, pangkal tumpul, panjang 10-16cm dan lebarnya 5-11cm berwarna hijau muda dan hijau. Bunganya berbentuk terompet, diketiak daun bewarna hijau kekuning-kuningan, mahkota terdiri dari 15-20 daun mahkota, berwarna merah muda. Buahnya kecil lonjong berdiameter kurang lebih 4 meter masih muda berwarna putih setelah tua berwarna coklat. Bijinya pipih dan putih (Sebastian, 2008).

      Daun, bunga dan akar kembang sepatu (Hibicus rosasinensis) mengandung flavoinida, disamping itu daunnya mengandung sponin dan polifenal. Daun ini berkhasiat sebagai obat demam pada anak, obat batuk dan obat sariawan (Muzayyinah, 2008).


       


       


       

    3. Daun Bugenvil (Bougenvillia spectabilis)

      Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun
      bugenvil (Bougenvillia spectabilis) adalah termasuk daun tersebar (folio sparsa), mempunyai rumus daun 2/5 dan sudut divergensi 1440

      Bugenvil termasuk suku kampah-kampahan atau family Nyctaginaceae. Tanaman ini hidupnya tahan (perennial) berbentuk perdu dan bersifat merambat (memanjat) maupun tegak (Rukmana, 1997).

      Struktur batang merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat,bercabang dan beranting banyak. Sehingga bila tanaman ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 meter.pada bagian batang cabang atatupun ranting terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya "kait" sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal.bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan. Hal ini yang menarik dari tanaman bugenvil adalah karakteristik bunganya.yaitu bunga asli dan palsu (bractea) (Gembong, 1997).


 

  1. Daun Lengkuas
    (Alpina galanga)

    Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun
    lengkuas (Alpina galanga) adalah termasuk daun tersebar (folio opposite), mempunyai rumus daun 1/2 dan sudut divergensi 1800


 

  1. Daun Alamanda (Allamanda catharica L)

    Menurut pengamatan yang telah kami lakukan pada praktikum kemarin hasil dari daun
    alamanda (Allamanda catharica L) adalah termasuk daun berkarang (folio verticillata), mempunyai rumus daun 2/4 dan sudut divergensi 1440

    Struktur batang merupakan pohon berkayu keras penampangya bulat, bercabang dan beranting banyak. Sehingga bila tanaman. Ini dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 15 meter. Pada bagian batang cabang ataupun ranting terdapat duri-duri (spina) yang bentuknya "kait" sebagai alat pemanjat. Daun-daun tumbuh rimbun serta tunggal. Bentuknya mirip jantung hati yang dasarnya agak bulat (bundar) dengan warna hijau tua namun, ada pula yang belang-belang (variegata) antara hijau dan putih bercampur kekuning-kuningan. Hal ini yang menarik dari tanaman alamanda adalah karakteristik bunganya yaitu bunga asli dan palsu (bractea) (Rukmana, 1995).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

BAB IV

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang kami lakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :

  1. Pada tanaman asoka
    (Ixora hybrida), jumlah daun pada setiap buku-bukunya berhadapan bersilang (folio opposite atau folio decussata). Susunan tubuh tanaman terdiri atas akar (radix), batang (Caulis), cabang, daun (folio), bunga (flos), dan biji. Tidak mempunyai rumus daun dan sudut divergensi.
  2. Pada tanaman sepatu (Hibicus rosasinensis) jumlah daun pada setiap buku- buku tersebar (folio sparsa) susunan tubuh tanaman terdiri dari akar (radix), batang (Caulis), daun (folio), bunga (flos), buah, dan biji. Mempunyai rumus daun 2/5 dan sudut divergensi 1440
  3. Pada tanaman bugenvil (Bougenvillea spectabillis) jumlah daun pada setiap buku-buku berkarang (folio verticillata), susunan tubuh tanaman terdiri atas akar (radix), batang (Coulis), ranting, cabang, daun (folio), dan bunga (flos). Mempunyai rumus daun 2/5 dan sudut divergensi 1440
  4. Pada tanaman lengkuas (Alpina galanga) jumlah daun pada buku-buku berhadapan bersilang (folio opposite atau folio decussata), susunan tubuh tanaman terdiri dari akar (radix), batang (Coulis), daun (folio) dan bunga (flos). Mempunyai rumus daun 1/2 dan sudut divergensi 1800
  5. Pada tanaman alamanda (Allamanda cathartica L) jumlah daun pada setiap buku-buku berkarang (folio verticillata), susunan tubuh tanaman terdiri atas akar (radix), batang (Coulis), ranting, cabang, daun (folio), dan bunga (flos). Mempunyai rumus daun 2/4 dan sudut divergensi 1440


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Tanaman obat Indonesia. http//www. multyply. com. Di akses

Tanggal 22 Desenber 2008.


 

Gembong, Tjitrosoepomo. 1997. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press


 

Muzayyinah. 2008. Terminologi Tumbuhan.Surakarta : UNS Press.


 

Permadi, Adi. 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta : Swadaya.


 

Rukmana, Rahmat. 1995. Kembang Bugenvil. Yogyakart : Kanesus


 

Rukmana, Rahmat. 997. Kembang Soka. Yogyakarta : Kanesus


 

Sebastian. 2008. Kembang Sepatu. Jakart : Word Press.