SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG KAMI

Sabtu, 31 Maret 2012

Taksonomi Modern pada Tumbuhan

    June 2nd, 2011

Pembagian taksonomi tumbuhan dimulai untuk mengetahui hubungan kekerabatan dalam genus dan family. Banyak pertanyaan muncul, yang mana tanaman yang maju dan yang terbelakang? Tanaman mana yang merupakan tanaman yang origin? Hal ini membuat para taksonom terus meneliti lebih jauh pada struktur dalam tanaman dan lebih memperdalam pada struktur kromosom, rangkaian DNA dan struktur genom. Ini disebut dengan taksonomi molekuler. Selanjutnya akan dipelajari pembagian taksonomi dan sistematik tumbuhan.

1. Morphology

Morfologi tanaman meliputi aspek: mikromorfologi untuk embriologi, palynology, bibit, semai, buah, cabang dan anatomi daun, sekresi kutikula. Melalui karakteristik morfologi dapat diketahui beberapa perlakuan tanaman.


 

2. Morfologi vegetative

Morfologi vegetatif harus melalui tahap demi tahap untuk identifikasi. Sehingga mengabaikan karakter vegetative adalah kesalahan yang besar dalam sejarah klasifikasi dan memperlambat pengerjaan dalam system alam. White mengungkapakan alasan jika karakter vegetative itu sangat penting sebagai contoh menurut Taia, daun Papilionideae terbagi dalam 7 kategori berdasarkan tipe trikoma, akhirnya Taia menemukan hanya ada 5 tipe daun morfologi menurut suku Trifolieae.


 

3. Morfologi dan anatomi bunga

Banyak perkembangan yang terjadi pada ilmu yang mempelajari tentang pembungaan. Dickison mempelajari anatomi bunga beberapa family tumbuhan. Endress mempelajari evolusi bunga angiosperma tropis dan keanekaragamannya. Erbar dan Leins menyatakan sebagian besar anatomi bunga adalah simpetal. Nectar, morfologi dan ontogeny androecium, pembuluh pada bunga juga dijadikan pembagian klasifikasi


 

4. Pembungaan

Pada bidang ini sangat berkembang pesat dengan adanya mikroskop resolusi tinggi dan mikroskop electron. Pada pembungaan pembagian klasifikasi lebih spesifik pada tipe polen dan mikroskopis polen. Dalam pengamatan pollen karakteristik yang digunakan seperti struktur dan ornamentasi dari polaritas dinding, simetri, ukuran bentuk, dan lubang dalam urutan filogenetik.


 

5. Embriologi

Embriologi dalam dua puluh tahun terakhir, investigasi banyak dari dicotyledons embriologi telah paling membantu dalam penempatan yang tepat dari berbagai taksa. penggunaan jumlah integumen, kulit biji dan jenis nucellus dalam filogeni dari dicotyledons telah diusulkan oleh banyak penulis. gambar pemupukan ganda oleh Friedman dan dia melanjutkan pencarian dengan williams rekannya, karena pertama kali berevolusi di satu nenek moyang ke gnetophytes dan angiosperma. produk pemupukan kedua adalah diploid dan menghasilkan embrio supernum erary. evolusi berikutnya mengarah pada pembentukan endosperma, embrio-bergizi nuklir dan delapan kantung nukleasi embrio.


 

6. Morfologi biji dan buah

Barthlott telah memberikan perhitungan benih dan kecil morfologi buah-buahan sebagai alat penting dalam taksonomi tanaman, terutama setelah penemuan mikroskop transmisi yang openened pandangan baru dalam penelitian ini. investigasi baru dalam penelitian ini adalah dari Chuang dan Ornduff pada benih Menyanthacea; Noorman Setten dan Kock-Noorman pada buah dan biji Annonaceae.


 

7. Karyomorphology

Seperti sekarang didefinisikan, karyomorphology melibatkan lebih dari sekedar jumlah kromosom di sebuah pabrik tertentu, tetapi juga melibatkan ukuran, morfologi dan anatomi internal. alat ini taksonomi dianggap sebagai salah satu cara yang paling penting dalam banyak batasan taksa. greilhubber menunjuk perlunya menggunakan karyomorphology dan bandeng kromosom pada taksonomi.


 

8. Anatomi

struktur internal tanaman telah menambahkan banyak dalam memahami hubungan antara taksa tersebut. organisasi sistem pembuluh darah di batang dan daun, tangkai daun dan anatomi nodal, pembuluh darah daun dan arsitektur dan studi epidemal dianggap karakter penting dalam philogeny dan taxonomi. Anatomi batang memegang peranan yang penting dalam mengidentifikasi suatu spesies. Karena ada beberapa klasifikasi tumbuhan didasarkan pada perbedaan struktut anatomi batang. Terutama pada anatomi batang terdapat sistem pembuluh yang dapat menjadi ciri khas pembeda antara satu taksa dengan taksa yang lain.


 

9. Studi kemotaksonomi dan serologi

Pada masing-masing tumbuhan dapat menunjukkan bahwa masing-masing famili mempunyai kandungan fitokimia yang berbeda-beda pada jaringannya. Sehingga perbedaan ini dapat juga digunakan sebagai salah satu dasar untuk mengklasifikasikan suatu tumbuhan (membantu dalam mengembangkan dasar-dasar pembeda taksonomi).


 

10. Paleobotani

Ini sangat berhubungan erat dengan fosil. Dari fosil-fosil tumbuhan yang ditemukan akan dapat diprediksi kapan suatu tanaman itu muncul dan kapan suatu tanaman itu punah. Dengan begitu akan dapat diketahui bahwa spesies ini berasal dari jaman apa dan dari nenek moyang tumbuhan yang mana. Hal tersebut akan sangat membantu dalam menyusun klasifikasi suatu tanaman (membantu dalam taksonomi).


 

11. Filogeni

filogeni dalam penerapannya mengacu pada data yang diperoleh dari ahli paleobotani untuk menemukan hubungan kekerabatan di antara tanaman. Studi akan filogeni tanaman telah dimulai oleh Darwin, tapi kami perlu menyebutkan point pentingnya, sekarang di lapangan. Di antara kebanyakan buku yang menginformasikan tentang filogeni dikotiledon antara lain adalah buku: Carnivorous plants: Phylogeny and evolution oleh Albert et al., Vascular Plant Families and Genera, oleh Brummi.


 

12. Molekul biologi

Perubahan terbesar dalam klasifikasi tanaman terjadi karena hasil sangat informatif yang dihasilkan oleh ahli taksonomi molekuler melalui analisis data sekuens DNA dari gen kloroplas rbcL. Selain itu, data yang diperoleh dari analisis kloroplas restiction dari mengulang terbalik dan urutan rRNA nuklir. Data ini bersama-sama dengan data morfologi dan lainnya dari alat-alat lain taksonomi telah membuat perubahan besar dalam dunia taksonomi.


 

13. Keanekaragaman dan adptation

oleh dua puluh tahun terakhir, banyak perhatian di seluruh dunia mengenai hilangnya keanekaragaman hayati. mereka kembali kehilangan ini terhadap perubahan ekosistem. Keragaman spesies yang ditemukan dalam sumber utama keanekaragaman hayati di tingkat yang lebih tinggi. Variasi genetik, struktur populasi penduduk yang dinamis dan genetik semua bersama-sama membentuk dan mempengaruhi cara berinteraksi dengan envionmentand spesies dengan spesies lainnya. Adaptasi berarti kemampuan organisme untuk mengatasi perubahan lingkungan. Untuk mengukur adaptasi, ada istilah yang digunakan disebut Kunci Adaptasi (KA) atau Kunci Inovasi (KI) mengacu pada usaha selama 50 tahun terakhir untuk berhubungan pola perubahan evolusioner dan diversication munculnya sifat-sifat tertentu.


 

14. Ecotaxonomy

Kemampuan tanaman untuk menghasilkan fenotip berbeda di bawah kondisi lingkungan yang berbeda yang kami sebut plastisitas fenotipik telah menjadi objek studi evolusi dan ekologi sejak lama. Pligliucci mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, dialog baru antara ahli biologi organisme dan peneliti yang tertarik dalam mengungkap rincian mekanistik tanggapan fisiologis dan fenotipik telah menghasilkan beberapa wawasan baru.


 

15. Analisis Caldistic

Telah terjadi peningkatan penggunan komputer untuk penyimpanan data dan analisis selama dua puluh tahun terakhir. Data yang berasal dari semua alat penyelidikan taksonomi harus dianalisis secara matematis dan pohon cladistic harus darwn. Burger telah menulis kritik kuat dari cladistics Hennigian yang begitu mendominasi taksonomi modern. Meskipun kritik dari menggunakan analisis cladistic di taksonomi, metode cladistic telah menjadi alat teknis yang paling berguna untuk menjelaskan hubungan intrafamilial.


 

16. Hubungan Host-parasit

Thorne telah menunjuk ke neccesity menggunakan hubungan host-tanaman dan predator atau parasit dalam filogeni. Ackery mempelajari hostplants dari kupu-kupu nymphalid dan pemanfaatan hostplant oleh kupu-kupu Afrika dan Australia. Nickrent menyimpulkan parasitisme yang timbul secara independen di masing-masing sepuluh kali yaitu keluarga parasit setiap keluarga monophylatic. Dia menemukan urutan DNA dan data molekuler menjawab pertanyaan lama berdiri di filogeni tumbuhan parasit.

Taksonomi modern mempunyai dua pendekatan yaitu taksonomi klasikal dan eksperimental. Taksonomi klasikal menggunakan karakter morfologi sedangkan taksonomi eksperimental menggunakan metode lebih luas termasuk kimia, fisika dan matematika. Taksonomi klasik adalah suatu pengelompokan tumbuhan berdasarkan sifat-sifat makro yang menarik, selanjutnya dicari persamaan dan perbedaannya, lalu dikelompokkan dan diberi nama berdasarkan aturan internasional yang telah disepakati. Sedangkan taksonomi eksperimental, pengelompokannya tidak hanya berdasarkan hubungan sifat morfologi, tetapi juga karakter-karakter mikro atau karakter non morfologi, misalnya kandungan zat kimia, jumlah kromosom dan lain-lain.

- Mikroskop

Mikroskop digunakanmisalny untuk mengamati bentuk atau "ultra structure" butir-butir pollen. Pemanfaatan data sifat-sifat pollen dalam taksonomi tumbuhan dipelopori pada tahun 1926 oleh Wodehouse, khususnya morfologi pollen. Di sisi lain kemajuan instrumentasi mikroskop memungkinkan bentuk, jumlah dan tingkah laku kromosom selama pembelahan inti dapat diamati dengan lebih baik. Harborne (1975) berkesimpulan bahwa jumlah kromosom merupakan sifat empiris yang baik dengan nilai kepastian cukup tinggi.

- Kimia

Disiplin ilmu baru yang juga dikenal sebagai kemotaksonomi ini, menurut Harborne (1975) sangat penting, karena senyawa-senyawa kimia tumbuhan merupakan sifat emperik yang bernilai, serta seringkali dapat digunakan untuk menetapkan identitas suatu tumbuhan dengan tepat. Biasanya dengan teknik kromatografi dan elektroforesis. Kedua teknik ini dapat dioperasikan untuk menganalisis bermacam-macam sampel tumbuhan yang kuantitasnya sangat kecil dengan proses yang cukup cepat. Kandungan kimia tumbuhan yang sering dianalisis dalam kerja taksonomi tumbuhan tinggi adalah terpenoid, flavanoid dan alkaloid. Metode kromatografi diterapkan secara meluas karena keuntungannya yang cepat dan efisien dalam menganalisis senyawa-senyawa kimia. Metode elektoforesis ini tercatat sebagai metode paling andal dalam memecahkan permasalahan taksonomi (Harborne, 1975), terutama apabila sifat morfologi tidak dapat atau sulit sekali dibedakan.


 

Pengoperasian teknik ini semakin pesat dengan digunakannya medium pengembang sintetis poliakrilamida. Jenis gel ini memiliki kelebihan dibandingkan medium kertas, pati, dan agar karena lebih peka dalam mengekspresikan band-band atau bercak yang merupakan aktivitas enzim.

- Genetika

Dari pengamatan morfologi, Menadue dan Crowden (1990) mengajukan hipotesa bahwa variasi morfologi Ranunculus nanus terjadi karena pengaruh sifat genetika. Untuk menguji kebenaran hipotesa tersebut, data genetika (isoenzim) digunakan dengan memanfaatkan teknik elektroforesis pada gel poliakrilamida. Empat macam enzim (Esterase, Peroxidase, Malate Dehydrogenase dan Acid Phosphatase) diujicobakan pada lima populasi R. nanus, dan hasilnya menunjukkan adanya variasi genetika di antara populasi (Suranto, 1991).


 

- DNA

Para ahli taksonomi memanfaatkan data DNA sebagai "penanda molekuler" yang cukup signifikan. Dengan RLFP, sebagian kecil fragmen DNA dari genom tumbuhan dapat diamplifikasikan untuk mendapatkan sejumlah besar fragmen DNA, sehingga dengan teknik elektroforesis pada gel agarose pemunculan fragmen DNA tersebut dapat dideteksi secara konsisten dan menjadi data yang dapat digunakan untuk kerja pada taksonomi tumbuhan tinggi. Tapi kadangkala tidak diperoleh data yang valid karena "band" fragmen DNA yang diamplifikasi dengan mesin PCR (Polymeage Chain Reaction) tidak dapat muncul secara konsisten.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan taksonomi modern cenderung menggunakanserangkaian data yang saling berkaitan dengan suatu asumsi bahwa semakin banyak data yang digunakan, maka semakin kuat validitas hasil kerja ahli taksonomi tumbuhan tinggi dalam mengkarifikasi status takson suatu tumbuhan.


 

Resume Asteraceae

Taksonomi sel epidermis daun karakteristik bersama dengan keanekaragaman stomata dalam taksa 24 dari genus Artemisia dengan menggunakan lampu mikroskop dan pemindaian mikroskop elektron. Artemisia L. adalah salah satu genus polimorfik utama keluarga Asteraceae, terdiri lebih dari 500 spesies herba dan semak-semak.spesies Artemisia memiliki kepentingan ekonomi terapi, bahan makanan, pakan ternak, estetika dan binder tanah merusak habitat; taksa beberapa beracun atau alergis dan beberapa lain gulma berbahaya, yang buruk dapat mempengaruhi tanaman. Sebagian besar spesies Artemisia adalah abadi, padang rumput lingkungan dan curah hujan yang wajar. Dengan menggunakan karakter bunga sebagai taksonomi penanda untuk pembentukan klasifikasi alami, genus telah dibagi menjadi empat kelompok, yang telah diperlakukan sebagai bagian atau subgenera; Absinthium (Tournefort) de Cand., Artemisia Tournefort (= Besser Abrotanum), Dracunculus Besser, Besser Seriphidium. McArthur mengambil terpisah Seriphidium (Besser ex Hooker) sebagai genus otonom. Tapi Kornkven et al. (1998), Torrell et al. (1999) dan Watson et al. (2002) dalam studi molekuler mereka menggabungkan Seriphidium dengan Artemisia dan menolak pemisahan Seriphidium dari Artemisia. Karena hal ini akhirnya memunculkan perdebatan tentang filogeni subgeneric dan klasifikasi. Klasifikasi klasik hanya didasarkan pada bunga karakter variasi dan memiliki keberatan banyak, misalnya bagian Artemisia hanya berbeda dari Absinthium bagian oleh karakter tunggal yaitu, wadah telanjang (Artemisia) atau wadah tutup dengan rambut panjang (Absinthium). Sehingga perbandingan anatomi daun-daun Artemisia penting.


 

Foliar karakteristik anatomi epidermis di Artemisia menggunakan lampu mikroskopi (LM) dan pemindaian mikroskop elektron (SEM). Namun tujuan titik pin dari penelitian ini adalah untuk:

  • mengidentifikasi dan membandingkan variasi yang berbeda tipe stomata pada spesies yang berbeda genus,
  • amati kuantitatif dan kualitatif karakter epidermis daun sel dan
  • menguraikan nilai taksonomi epidermis daun anatomi fitur antara taksa yang berbeda Artemisia berdasarkan pada kedua keragaman sel stomata dan epidermis

Terminologi dasar, digunakan untuk stomata dan sel epidermis identifikasi dan penjelasan, diadopsi dari Dilcher (1974). Jenisstomata yang ditemukan terdiri dari anomocytic, anisocytic, anomotetracytic, paratetracytic, diacytic dan paracytic stomata. 16 jenis trikoma foliar kelenjar dan non-kelenjar di Artemisia dan meluncurkan hubungan filogenetik di antara spesies yang berbeda dari genus dengan dasar ini Trikoma jenis. Nautiyal dan Purohit (1980) hanya dibahas frekuensi stomata dan anatomi perubahan dalam daun beberapa spesies Artemisia. Penulis Iran telah berusaha menjelaskan kegunaan taksonomi karakteristik anatomi daun Artemisia. Jenis stomata, variasi dalam ukuran stomata, sel penjaga, aperture dan stomata kompleks dan ada atau tidaknya anak perusahaan sel bersama dengan jumlah mereka menunjukkan bahwa daun tersebut fitur anatomi epidermis dapat disajikan sebagai taksonomi. alat untuk menghapus konflik ditingkat taksonomi yang berbeda dalam genus Artemisia. Berdasarkan variasi sel-sel epidermis dua kelompok Artemisia diakui, satu dengan bentuk tidak beraturan (Bergelombang margined) dan lainnya dengan bentuk memanjang (halus margined). Kesimpulannya anatomi, epidermis daun dengan khusus referensi untuk stomata memiliki signifikan taksonomi potensi.


 

Meskipun demikian, ada kebutuhan untuk mengembangkan lebih baik strategi untuk menganalisis dan mengintegrasikan data ini dengan molekul investigasi untuk gambar memahami tentang Artemisia filogeni dan klasifikasi.

percobaan

Tugas Taksonomi Tumbuhan Tinggi

Kelompok 9 :

  1. Dayu Nirwana Putri
  2. Mariatul Kiptiyah
  3. Arifatul Mu'minin
  4. Khoirul Mufid


     

Pertanyaan


 

  1. Mengapa tumbuhan paku termasuk tumbuhan tingkat tinggi? mengapa pula tumbuhan paku termasuk tumbuhan tingkat rendah?
  2. Mengapa tumbuhan paku termasuk tumbuhan kriptogami vaskular?
  3. Mengapa tumbuhan paku termasuk kelompok tumbuhan kormophita berspora?
  4. Jelaskan 4 kelompok tumbuhan paku yang menjadi pokok bahasan! disertai contoh
  5. Jelaskan macam tempat hidup tumbuhan paku!
  6. Jelaskan susunan tubuh (akar, batang, daun) tumbuhan paku!


     

Jawaban

  1. Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan tumbuhan tingkat tinggi karena merupakan tumbuhan berkormus dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).

    Sedangkan pada tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat dikatakan tingkat rendah kerana meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakannya yang utama adalah spora

  2. Karena pada tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki alat perkawinan kelihatan mencolok serta selompok tumbuhan rendah yang memiliki vaskuler (pembulih) adalah kelompok Bryophyta (lumut) dan Pterydophyta (paku), Bryophyta (lumut) merupakan tumbuhan rendah yang mulai hidupdi darat dari segi evolusi dan merupakan tumbuhan peralihan, disebut tumbuhan peralihan karena anggotanya memperlihatkan tanda-tanda adanya peralihan dari bentuk thalus ke bentuk kormus.

  3.  

  4.  


     

  5. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembap. Tumbuhan ini cenderung menyukai kondisi air yang melimpah karena salah satu tahap hidupnya tergantung dari keberadaan air, yaitu sebagai tempat media bergerak sel sperma menuju sel telur. Tumbuhan paku pernah merajai hutan-hutan dunia di Zaman Karbon sehingga zaman itu dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil dan mengalami mineralisasi sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

    Berdasarkan habitatnya, paku-pakuan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu paku tanah, paku epifit dan paku akuatik.

    1. Paku Tanah

          Tumbuhan yang termasuk dalam kelompok ini ialah paku-pakuan yang hidup di tanah, tembok dan tebing terjal. Paku tanah ini ada dua kelompok yaitu :


       

      1. Paku pemajat

            Jenis tumbuhan ini berakar dalam tanah, memanjat pohon tetapi tidak epifit, dan menyukai keteduhan.

        contoh : Bolbitis heteroclita Ching, Lomagramma J. Smith, Teratophyllum Mettenius, Lindsaya macrana.

      2. Paku batu-batuan dan tebing sungai

            Jenis tumbuhan ini tumbuh pada batu-batu atau pada tebing sungai, dan menukai kelembaban.

        contoh : Pteris sericea Ching, Dipteria lobbiana (Hk.) Moore, Lindsaya lucida Bl., L. Nitida Bl.

    2. Paku Epifit

          Jenis tumbuhan ini hidup pada tumbuhan lain, terutama yang berbentuk pohon. Dibagi menjadi dua macam yaitu :

      1. Epifit pada tempat-tempat terlindung

            Tumbuhan ini tumbuh pada bagian bawah pohon terutama dekat dengan aliran air atau di tempat-tempat yang dibayangi pegunungan.

        contoh : anggota Hymenophyllaceae

      2. Epifit pada tempat-tempat terbuka

            Tumbuhan ini terdapat pada tempat yang terkena sinar matahari langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin.

        contoh : Asplenium nidus L.

    3. Paku Akuatik

          Tumbuhan yang termsuk kelompok ini mengapung bebas di permukaan air.

      Contohnya ialah anggota famili Salviniaceae dan Marsileaceae. Selain itu terdapat juga tumbuhan paku yang sebagian hidupnya berada pada air, misalnya

      Acrostichum aureum L. Pada daerah mangrove, Tectaria semibipinnata (Wall.) C. Chr. pada daerah pasang surut, Ceratopteris thalictroides Brongn pada parairan dangkal, kolam atau selokan.

  6. Susunan tubuh tumbuhan paku yaitu akar, batang, dan daun.

    Pada umumnya akar paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Ada pula yang bercabang secara monopodial atau tidak bercabang. Namun, tidak semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.

    Pada beberapa jenis dari Hymeophyllaceae tidak mempunyai akar, akan tetapi rimpangnya tertutup rambut yang berfungsi sebagai akar. Pada Trichomanes beccarianum Cesati di bagian bawah daun seringkali terdapat rizoid yang berfungsi seperti akar.

        Letak akar tumbuhan paku bermacam-macam, antara lain pada sepanjang bagian bawah rimpang yang menjalar, misalnya Lycopodium pada seluruh permukaan rimpang, misalnya Pteris biaurita L. Pada bawah buku dan hanya kadang-kadang saja pada ruasnya, misalnya Marsilea L.

    Akar pada Selaginelales terbentuk pada ujung rizofora yaitu percabangan dari batang utama yang tidak berdaun, selain itu juga dari pangkal hipokotil atau langsung dari batang.

        Bentuk akar ada yang tipis, keras atau kasar, ada pula yang tebal dan berdaging, misalnya pada bangsa Marattiales. Warnanya ada yang hitam.

        Semua batang paku-pakuan kerap berupa rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, meskipun ada yang tegak, misalnya pada Cyatheaceae. Diantara berbagai jenis paku-pakuan ( yang termasuk Equisetaceae, Lycopodiaceae dan Psilotaceae), disamping mempunyai rimpang juga mempunyai cabang dengan arah tumbuh tegak atau menggantung. Sedangkan batang pada Selaginelaceae arah tumbuhnya menjalar atau tegak.

    1. Bentuk

          Bentuk rimpang, batang atau cabang bermacam-macam, antara lain :

  • bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku, misalnya cabang pada Equisetaceae
  • seperti umbi, terdiri dari dua atau tiga lobus, misalnya batang Isoetes
  • panjang dan ramping, misalnya batang Marsilea L.
  • Bulat dengan simetri dorsoventral, misalnya pada beberapa angota Polypodiaceae.
  1. Permukaan

        Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentukan tertentu.

  • Duri, misalnya Teratophyllum Mettenius
  • Rambut-rambut uniseluler, misalnya pada Selaginella braunii S. Biformis, S. Vogelii
  • Ramenta yaitubentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan, kuning kecoklatan, kuning, dan kadang-kadang putih, yang terdapat pada rimpang, atau sering pula pada tangkai daun, tlang dan urat daun. Ramenta ini juga dapat berbentuk perisai, misalnya pada Polypodium L., lanset atau bercabang dan seperti bintang ( misalnya pada Goniopteris ).
  • Lapisan lilin yang berwarna putih atau putih kebiruan, misalnya pada Davallia
    corniculata, dll.
  • Lubang-lubang yang biasanya ditempati semut misalnya pada Lecanopteris Reinwardt, Polypodium sinuosum Wall.
  • Sisa-sisa tangkai. Pada paku-pakuan yang tangkai daunnya bersendi, kalau tua atau kekurangan air akan rontok dengan meninggalkan bekas luka yang cukup halus pada rimpang tanpa ada sisa tangkai daun. Akan tetap pada daun paku-pakuan yang tidak bersendi, sisa-sisa tangkai masih melekat untuk waktu yang lama.
  • Ukuran

        Ukuran batang paku-pakuan sangat bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa meter (terutama pada rimpang yang mejalar atau memanjat). Diameternya juga bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.

  • Warna

        Warnanya bervariasi, antara lain hijau misalnya Psilotum, merah misalnya Selaginella umbrosa, coklat atau biru kecoklatan, misalnya Equisetum. Ada pula yang berwarna coklat sampai coklat kehitaman.

  • Percabangan

        Tidak semua batang dari anggota paku-pakuan bercabang. Bila bercabang maka percabangannya adalah dikotomi, monopodial, atau pseudomonopodial.

        


 

Pada tumbuhan paku-pakuan memiliki daun.

  1. Macam daun
  • Berdasarkan tulang daun

    Dapat dibedakan :

    • Sisik
    • Mikrofil
    • Makrofil / Megafil
  • Berdasarkan fungsi

    Berdasarkan fungsi daun paku-pakuan dapat dibedakan menjadi atas tropofil dan sporofil

    • Tropofil
    • Sporofil
  1. Ciri-ciri daun
  • Umum
  • Bentuk / Bangun
  • Ukuran
    • Isofil,
    • Anisofil,
  • Warna
  • Peruratan ( Venasi )
  • Tekstur
  • Permukaan
    • Halus ( gundul )
    • Mempunyai ramenta
    • Berpapil-papil misalnya Selaginella tracphylla
    • Berambut, misalnya Selaginella hispida
    • Tertutup lapisan lilin kedua sisi, misalnya Trichomanes pallidum Bl. atau hanya di bawah, misalnya Alsophila glauca J. Sm., Cibotium baranetz J. SM. Histiopteris incisa J. SM
    • Tertutup lapisan serbuk putih atau kuning
    • Lapisn lendir sangat tebal pada permukaan daun yang masih muda
    • Sisik kapur kecil yang menutup permukaan atas daun pada bagian hidatoda


     

Jumat, 30 Maret 2012

Rosella




Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
kelas: Magnoliopsida
Ordo: Malvales
Famili: Malvaceae
Genus: Hibiscus
Spesies: Hibiscus sabdariffa L.
Habitat Rosella
Rosella dapat hidup di ketinggian 0-900m diatas permukaan laut. Rosella tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian 0-500m dpl. Pertumbuhan Rosella dapat optimal di kisaran 20-34 derajat celcius.
Habitus rosella
Rosella memiliki habitus pada daerah kering tumbuhan ini berbentuk herba .
Deskripsi.
tanaman rosella banyak dijumpai di daerah kering dengan penyinaran sinar matahari penuh, dan biasanya tumbuh liar. Tanaman ini pada awalnya hanya digunakan sebagai penghias halaman rumah dan dijadikan mainan buat anak-anak. Kini rosella menjadi tanaman yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, sehingga banyak makanan ditambahkan sari bunga rosella, baik untuk penambah rasa atau pewarna. Pada prinsipnya memang tambahan makanan dari alam jauh lebih sehat karena tanpa bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia.
Pada tahun 2011 ini, Kebun BPTP-NTB telah menerapkan budidaya organik, tanaman yang ditanam di kebun diusahakan tidak menggunakan pupuk dengan kandungan bahan kimia tetapi dengan menggunakan pupuk organik seperti kompos untuk berbagai tanaman yang diusahakan, salah satunya adalah budidaya rosella dengan memanfaatkan lahan yang tersisa misalnya dipinggir-pinggir jalan. Tanaman ini diberikan sedikit pupuk kimia yaitu pupuk NPK dengan tujuan untuk menyeimbangkan penggunaan kompos yang kurang, karena ketersediaan kompos yang terbatas. Budidaya rosella tidaklah begitu sulit, tanaman ini merupakan tanaman semusim dan bisa diperbanyak dari bijinya ataupun stek batang.
Tahapan budidaya rosella yang pertamakali dilakukan adalah dengan membersihkan tanah areal pertanaman, tanah kemudian digemburkan dan dibiarkan beberapa hari. Tanah dicampur dengan pupuk kompos dengan komposisi 200-400 gr/lubang tanam, baru kemudian bisa ditanami tanaman rosella 1 bibit/lubang tanam, dengan jarak 60 cm antar baris. Setelah tanaman ini berumur 35-40 hari diberikan pupuk NPK dengan komposisi 30 gr/pohon dengan cara dikocor. Jika dengan menggunakan biji, biji terlebih dahulu direndam selama 24 jam kemudian disemai di bedengan atau bisa di polibag, setelah semai umur 21 hari, baru dipindahkan ke areal pertanaman yang terkena sinar matahai penuh, dan pemberian pupuk kompos setelah tanaman berumur 2 minggu, dengan komposisi 200-400 gr/pohon. Selanjutnya tanaman perlu diairi dan dibersihkan dari gulma. Dari keragagaman tanaman tampak bahwa tanaman rosella yang mendapatkan sinar matahari penuh, hasilnya lebih tinggi, ini menunjukkan bahwa tanaman ini sangat peka terhadap naungan. Produksi tanaman rosella rata-rata sebanyak 156-182 kuncup bunga/pohon.
Tanaman rosella yang dikonsumsi adalah kelopak bunganya yang berwarana merah terang dan bersifat cepat patah, kelopak bunga ini biasanya dikeringkan terlebih dahulu dibawah terik matahari, baru kemudian dicuci dengan air bersih sehingga debu yang mungkin menempel bisa hilang, dan diseduh dengan air hangat, rasanya agak kecut dan bisa ditambahkan gula atau madu. Selain memanfaatkan bunganya, daun tanaman ini ternyata dapat memberikan rasa asam pada makanan seperti untuk tambahan sayur asam misalnya, dan tidak perlu khwatir lagi akan kandungan nutrisi yang ada dalam bunga rosella dan daunnya ini karena,keduanya memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Kandungan gizi daun dan Bunga Rosella :
Setiap 100 g, buah rosella mengandung 49 calories, 84.5% H2O, 1.9 g protein, 0.1 g fat, 12.3 g karbohidrat, 2.3 g serat, 1.2 g abu, 1.72 mg Ca,57 mg P, 2.9 mg Fe, 300 mg setara b-carotene, dan 14 mg asam ascorbic.
Kandungan gizi kelopak Rosella :
Setiap 100 g kelopak Rosella mengandung 44 Kalori, 86.2% H2O, 1.6 g protein,O.l g lemak, 11.1 g karbohidrat, 2.5 g serat, 1.0 g abu, 160 mg Ca, 60 mg P, 3.8 mg Fe, 285 mg setara beta carotene, 0.04 mg thiamine, 0.6 mg riboflavin, 0.5 mg niacin, dan 14 mg asam ascorbic 7.6% moisture, 24.0% protein, 22.3% lemak, 15.3% serat, 23.8% N-free extract, 7.0% abu, 0.3% Ca, 0.6% P, dan 0.4% S.
Pada tiap 100 g daun rosella mengandung :
43 Kalori, 85.6% H2O, 3.3 g protein, 0.3 g lemak, 9.2 g karbohidrat, 1.6 g serat, 1.6 g abu, 213 mg Ca, 93 mg P, 4.8 mg Fe, 4135 mg setara beta carotene, 0.17 mg thiamine, 0.45 mg riboflavin, 1.2 mg niacin, and 54 mg asam ascorbic.
Manfaat dari Bunga dan Daun :
Rosella mempunyai sifat astrigen dan antiseptik. Bisa digunakan sebagai obat batuk, diare dan berak berdarah. Kandungan vitamin C/asam askorbat yang tinggi membantu tubuh membangun sistim imunisasi/sistem pertahanan melawan penyakit. Makanya baik di minum setiap pagi, sangat membantu stamina tubuh dan menjauhkan diri dari flu dan batuk. Kalo lagi batuk minum rosella, maka lendir akan mudah keluar, dan tidak menyebabkan batuk kering.
Kegunaan lain (biasanya tertulis dibungkusan kemasan rosella) yang biasa dibeli :
-          Menurunkan tekanan darah
-          Menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes
-          Sebagai detoks, menetralkan racun
-          Menghambat tumbuhnya kanker
-          Menjaga stamina
-          Menurunkan tingkat penggumpalan lemak di hati
-          Mengurangi panas dalam dan susah buang air besar
-          Membantu memulihkan dari ketergantungan obat
-          Mengurangi pusing / migraine
-          Mengandung multivitamin, termasuk vitamin C dan beta karoten
-          Mengobati batuk, diare.

Jumat, 16 Maret 2012

JARINGAN PADA HEWAN

1. JARINGAN DASAR HEWAN

Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi yang spesifik. Sebagai contoh, otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel-jantung yang lainnya. Percabangan tersebut membantu kontraksi sel-sel dalam satu koordinasi (Campbell et al. 1999). Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Jaringan didalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya, seperti peka dan pengendali (jaringan saraf), gerakan (jaringan otot), penunjang dan pengisi tubuh (jaringan ikat), absorbsi dan sekresi (jaringan epitel), bersifat cair (darah) dan lainnya. Masing-masing jaringan dasar dibedakan lagi menjadi beberapa tipe khusus sesuai dengan fungsinya. Padasaat perkembangan embrio, lapisan kecambah (germ layers) berdiferensiasi (dengan proses yang disebut histogenesis) menjadi empat macam jaringan utama, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

• Jaringan Epithelium
Jaringan epitel terdiri atas satu atau banyak lapis sel, yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm, mesoderm atau endoderm. Di bagian tubuh luar, epitel ini membentuk lapisan pelindung, sedangkan pada bagian dalam tubuh, jaringan epitel terdapat disepanjang sisi organ. Jaringan epitel dibedakan berdasarkan bentuk dan jumlah lapisan sel penyusunnya, yaitu (1) epithelium satu lapis (simple epithelium). Epithel ini terdiri atas sel-sel berbentuk pipih, kubus, dan silindris (batang). Epithelium pipih selapis ditemukan antara lain pada lapisan endotel pembuluh darah. Epithelium bentuk kubus ditemukan pada kelenjar tyroid dan pembuluh darah. Epithel berbentuk silindris (batang) ditemukan pada lambung dan usus. (2) Epithelium berlapis banyak (stratified epithelium) yang dibentuk oleh beberapa lapis sel yang berbentuk pipih, kuboid, atau silindris. Epithelium ini dapat ditemukan pada kulit, kelenjar keringat, dan uretra. Beberapa lapisan pada epitheliun ini dapat berubah menjadi sel-sel yang memanjang dan disebut epithelium transisional. Epitel transisional ditemukan pada kandung kemih (vesica urinaria). Disamping itu, terdapat epithelium berlapis banyak semu (pseudostratified epithelium) yang ditemukan pada trakea.
Epitel pipih berlapis, seperti yang terdapat di pemukaan kulit kita, mampu melakukan mitosis dengan cepat. Sel-sel baru hasil mitosis menggantikan sel-sel permukaan yang mati. Epitel ini juga sebagai pelindung oragan terhadap abrasi oleh makanan yang kasar, seperti yang ditemukan pada esofagus. Sebaliknya, epitelium pipih selapis berukuran tipis dan lemah, yang cocok untuk pertukaran material dengan cara difusi. Epitel ini ditemukan pada dinding kapiler darah dan alveoli paru-paru.

• Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel-sel dalam jumlah sedikit. Jaringan ikat terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matrik ekstraseluler. Secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Se-sel tersebut mensistesis matriks, dengan anyaman serat yang tertanam di dalamnya (Campbell et al. 1999). Jaringan ikat ini dapat dibedakan menjadi (1) jaringan ikat longgar dan (2) jaringan ikat padat, (3) jaringan lemak, (4) jaringan darah, (5) kartilago, dan (6) tulang.

Diantara enam tipe jaringan ikat, jaringan ikat longgar paling banyak ditemukan di dalam tubuh kita. Di dalam matriks jaringan ikat longgar ini hanya sedikit ditemukan serabut. Serabut penyusun jaringan ikat ini berupa kolagen. Fungsi utama jaringan ikat longgar adalah pengikat dan pengepak material, dan sebagai tumbuhan bagi jaringan dan organ lainnya. Jaringan ikat longgar di kulit membatasi dengan otot.
Jaringan ikat padat/fibrous mempunyai matriks yang banyak mengandung serabut kolagen. Jaringan ini membentuk tendon sebagai tempat perlekatan otot dengan tulang, dan ligamen sebagai tempat persendian tulang dengan tulang.
Jaringan lemak mengandung sel-sel lemak. Jaringan ini digunakan sebagai bantalan, dan melindungi tubuh, serta sebagai penyimpan energi. Setiap sel lemak, mengandung tetes lemak yang besar. Didalam jaringan lemak, matriks relatif sedikt.
Darah adalah jaringan ikat yang tersusun sebagian besar cairan. Matriks darah disebut plasma, yang tersusun oleh air, garam mineral, dan protein terlarut. Sel darah merah dan putih tersuspensi di dalam plasma. Darah ini berfungsi utama dalam transpor substansi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Disamping itu, darah juga berperan dalam sistem kekebalan.
Kartilago adalah jaringan ikat yang membentuk material rangka yang fleksibel dan kuat, terdiri atas serabut kolgen yang tertanam di dalam matriks. Kartilago banyak ditemukan pada bagian ujung tulang keras, hidung, telinga, dan vertebrae (ruas-ruas tulang belakang).
Tulang keras (bone) merupakan jaringan ikat yang kaku, keras, dengan serabut kolagen yang tertanam di dalam matriks.
Didalam matriks sel tulang terdapat kalsium yang dapat bergerak dan diserap oleh darah. Hal ini merupakan peran penting tulang dalam proses homeostasis kadar kalsium dalam darah. Sel tulang (osteosit) terdapat di dalam ruang yang disebut lakuna. Lakuna ini mengandung satu atau beberapa osteosit. Penjuluran yang keluar dari osteosit disebut kanalikuli. Kanalikuli dari satu sel berhubungan dengan sel lainnya, sebagai bentuk komunikasi sel. Satu osteon terdiri dari sejumlah lamela konsentris yang mengelilingi kanal sentral (kanalis Haversi). Pada individu yang masih hidup, kanal sentral ini berisi pembuluh darah.

• Jaringan Otot
Secara embriologi, jaringan otot berasal dari lapisan mesoderm. Jaringan ini terdiri atas sel-sel yang memanjang atau berbentuk serabut yang dapat berkontraksi karena adanya molekul miofibril. Pada vertebrata, secara tipikal mempunyai tiga jenis otot, yaitu otot skelet (rangka), otot jantung (cardiac), dan otot polos.
Otot skelet berstruktur bergaris melintang, berfungsi untuk menggerakkan rangka. Otot ini bersifat sadar (voluntary), karena mampu diatur oleh kemauan kita. Serabut ototnya mempunyai banyak nukleus yang terletak ditepi. Otot rangka mempunyai garis melintang yang gelap (pita anisotrop) dan garis terang (pita isotrop).
Otot jantung merupakan otot bergaris melintang dan bercabang. Sifat otot ini tidak sadar (involuntary), karena kontraksinya tidak bisa diatur oleh kemauan kita. Nukleus terletak ditengah sel. Pada bagian ujung sel, terdapat sambungan rapat, yang membentuk struktur pembawa sinyal untuk kontraksi dari satu sel ke sel lainnya selama denyut jantung.
Otot polos berbentuk seperti spindle. Kontraksi otot polos lebih lambat dinbbandingkan otot skelet, namun mereka mampu kontraksi dalam waktu lebih lama. Otot polos bersifat tidak sadar (involuntary), seperti otot jantung. Otot polos ditemukan pada banyak organ tubuh, diantaranya terdapat pada dinding pembuluh darah dan melapisi organ dalam seperti usus dan uterus. Membran plasmanya disebut sarkolema dan sitoplasmanya sering disebut sarkoplasma. Sitoplasma yang mengandung miofibril dengan ketebalan mencapai 1 mikron.

• Jaringan Saraf
Jaringan saraf berperan dalam penerimaan rangsang dan penyampaian rangsang. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan ektoderm. Jaringan ini terdapat pada sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan pada sistim saraf tepi. Ada dua macam sel, yaitu sel saraf (neuron) dan sel pendukung (sel glia). Neuron mengandung badan sel, nukleus, dan penjuluran atau serabut. Satu tipe penjuluran tersebut adalah dendrit, yang berperan dalam menerima sinyal dari sel lain dan meneruskannya ke badan sel. Tipe penjuluran sel saraf yang lain, disebut akson (neurit), yang berperan dalam meneruskan sinyal dari badan sel ke neuron lainnya. Beberapa akson berukuran sangat panjang, yaitu memanjang dari otak sampai ke bagian bawah abdomen (panjang 1/2 meter atau lebih). Transmisi sinyal dari neuron ke neuron lainnya umumnya dilakukan secara kimia. Selain neuron, ditemukan juga sel pendukung, seperti sel glia. Sel glia merupakan sel yang menunjang dan melindungi neuron. Sel-sel pendukung umumnya berperan dalam melindungi dan membungkus akson dan dendrit, sehingga membantu mempercepat transmisi sinyal.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem pencernaan: HIL Oleh: Iwan Sain, S.Kp, M.Kes

1.Konsep Medis

A.Pengertian
Hernia Ingunalis Lateral adalah hernia yang melalui alunus ingunalis intermus/lateralis menyelusuri kanalis ingunalis dan keluar dari rongga perut melalui analus ingunalis ekserna/medilis (Mansjoer A, 2000).

B.Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut sampa ke anus. Pada prinsipnya  fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Faktor psikologis atau emosi seperti stress dan kecemasan akan mempengaruhi fungsi-fungsi GI. Stress dapat dimeanifestasikan sebagai anoreksia, nyeri epigastrium dan abdomen, atau diare. Faktor fisik yang dapat mempengaruhi fungsi-fungsi GI seperti intake diet, mengkonsumsi minuman/makanan yang beralkohol atau caffeine, merokok, kelemahan. Beberapa gangguan organik yang mempengaruhi misalnya penyakit peptic ulcer, ulceratisi colitis yang dapat menyebabkan gangguan GI.

Struktur dan Fungsi Sistem GI
Saluran GI merupakan tabung sepanjang 9 meter yang berentang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada umumnya saluran ini terdiri dari 4 lapisan yaitu mulai dari dalam lapisan mukosa, submukosa, otot dan serosa.
Saluran GI diaktifkan oleh sistem saraf otonom yaitu  saraf  parasimpatis, sedang saraf simpatis bersifat menghambat sistem GI. Misalnya adanya peristaltik yang meningkat karena perangsangan /stimulasi saraf  parasimpatis dan terjadi penurunan akibat stimulasi saraf simpatis.
Sistem GI dan organ yang terkait (organ asesoris) rata-rata memperoleh cardiac output sebanyak 25 % sampai dengan 30 %. Sirkulasi dalam sistem GI terutama pada aliran darah vena dimana Sistem GI mengalirkan darah vena melalui vena portal. Bagian atas sistem GI menerima darah dari arteri splanikus. Usus halus menerima darah dari cabang arteri hepatik dan arteri mesenterika superior. Usus besar  menerima darah   terutama dari arteri  mesenterika superior dan inferior.
Dua jenis gerakan saluran GI yaitu mencampur dan mengaduk. Gerakan ini menyebabkan teriadinya segmentasi dan peristaltik. Sekresi dari sistem GI  yang terdiri dari enzim dan hormon untuk mendukung pencernaan, dan mukus akan memberikan perlindungan dan melunakkan, juga air dan elektrolit.
Organ abdominal dibungkus oleh peritoneum. Terdapat 2 lapisan yaitu peritoneum parieteal yang merupakan dinding dari rongga peritoneum dan peritoneum visceral yang membungkus organ abdomen. Berikut ini akan diuraikan sistem pencernaan tersebut sebagai berikut:

a.M u l u t
Rongga mulut dibentuk oleh pipi, langit-langit keras, dan langit-langit lembut. Lidah pada bagian dasar rongga mulut. Bibir merupakan jaringan penutup yang terdapat pada bagian depan mulut yang berfungsi membuka/menutup mulut.
Fungsi mulut adalah :
1.Mengunyah
2.Sekresi saliva dari kelenjar parotis, sublingual, dan submandibularis
3.Menelan yang merupakan aktifitas refleks  gerakan makanan dalam mulut melalui faring kedalan esofagus. Makanan ini berupa bolus.

b.Esofagus
Esofasgus  merupakan saluran berotot yang terletak dibagian belakang  trakhea dan laring. Dibagian bawah dari esofagus terdapat sphincter yang befungsi mencegah aliran balik isi lambung ke esofagus.
Fungsi  esofagus adalah adalah Menerima bolus dari faring dan menyalurkan kedalam lambung.

c.Lambung
Lambung terletak di bagian kuadran kiri atas dari abdomen dan mempunyai kapasitas kira-kira 1500 mL. Terdapat 3 bagian utama yaitu  fundus, badan dan antrum. Pylorus adalah bagian kecil dari  antrum
Fungsi  lambung adalah :
1.Mencerna makanan secara mekanikal.
2.Sekresi, yaitu  kelenjar dalam mukosa lambung mensekresi 1500 – 3000 mL gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus, HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi langsung masuk kedalam aliran darah.
3.Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah menjadi polipeptida
4.Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol, glukosa, dan beberapa obat.
5.Pencegahan, banyak mikroorganisme  dapat dihancurkan dalam lambung oleh HCL.
6.Mengontrol aliran chyme (makanan yang sudah dicerna dalam lambung) kedalam duodenum. Pada saat chyme  siap masuk kedalam duodenum, akan terjadi peristaltik yang lambat yang berjalan dari fundus ke pylorus.


d.Usus Halus
Panjangnya kira-kira 6 meter dengan diameter 2.5 cm. Berentang dari sphincter pylorus ke katup ileocecal. Usus halus dibagi dalam duodenum, jejenum, dan ileum. Duodenum panjangnya 25 cm, jejenum 2.5 m dan ileum 3.5 m.
 Bagian mukosa dan submukosa yang disebut villi yang dapat meningkatkan area permukaan usus guna memungkinkan absorpsi maksimal. Setiap villus dikelilingi oleh jaringan kapiler dan pembuluh limfe yang disebut Lacteal. Lacteal akan mengabsorpsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.jaringan kapiler akan mengabsorpsi  nutrisi yang lain dan air.
Fungsi  usus halus adalah :
1.Sekresi mukus. Sel-sel goblet dan kelenjar mukosa duodenum akan mensekresi mukus guna melindungi mukosa usus.
2.Mensekresi enzim. Sel-sel mikrovilli (brush border cell) mensekresi sucrase, maltase, lactase dan enterokinase yang bekerja pada disakarida guna membentuk monosakarida yaitu peptidase yang bekerja pada polipeptida, dan enterokinase yang mengaktifkan trypsinogen dari pankreas.
3.Mensekresi hormon. Sel-sel endokrin mensekresi cholecystokinin, secretin, dan enterogastrone yang mengontrol sekresi empedu, pancreatic juice, dan gastric juice.
4.Mencerna secara kimiawi. Enzim dari pankreas dan empedu dari hati masuk kedalam duodenum. Pencernaan secara kimiawi terutama terjadi dalam jejenum yang siap untuk diabsorpsi kedalam kapiler darah dan lacteal dari villi. Karbohidrat oleh enzim amilase (berasal dari saliva dan pankreas) menjadi disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa), yang oleh sucrase, maltase dan lactase menjadi monosakarida (fruktosa, glucosa, dan galaktosa). Protein, oleh enzim pepsin (dari lambung) dan trypsin (dari pankreas) menjadi peptida, yang oleh peptidase (dari usus halus) menjadi asam amino.Lemak, oleh empedu diemulsikan, dan selanjutnya oleh lipase menjadi monogliserida dan asalm lemak bebas.
5.Absorpsi. Nutrisi dan air akan bergerak dari lumen usu kedalam kapiler darah dan  lacteal dari villi.
6.Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik. Gerakan mencampur disebabkan oleh kontraksi serabut otot sirkuler pada usus menyebabkan chyme kontak dengan villi untuk diabsorpsi. Peristaltik akan mendorong chyme melalui saluran dengan rata-rata 1 – 2 cm per menit. Chyme tinggal dalam usus halus selama 3-10 jam, dan  zat sisa akan bergerak kedalam usus besar.
Stimulasi oleh sistem simpatis akan menghambat motilitas dan aktifitas sekresi usus halus. Sistem parasimpatis terutama saraf vagus(N X) akan meningkatkan tonus otot intestinal, motilitas, dan proses pencernaan.

e.Hati
Adalah organ terbesar yang terdapat dalam rongga abdomen, yang pada orang dewasa kira-kira seberat 1,37 kg. Letaknya  pada hipokondria kanan dan area hipogastik. Unit fungsional dari hati disebut lobulus yang mengandung hepatosit (sel hati) yang ada disekitar vena sentral hati. Kapiler (sinusoid) berlokasi diantara  hepatosit dan bersama dengan sel Kuffer yang mempunyai fungsi pagosit (mengeluarkan bakteri dan toksin dari tubuh). Saluran empedu interlobaris membentuk kapiler empedu (canaliculi). Sel hepatik akan mensekresi empedu kedalam canaliculi.
Sistem sirlulasi portal (enterohepatic) membawa darah yang berasal dari lambung, usus, limfa, dan pankreas. Darah masuk kedalam hati melalui vena portal..
Fungsi :

Menghasilkan , menyimpan dan mentransfortasi serta ekresi sejumlah substan/zat yang diperlukan dalam :
1.Metabolisme  karbohidrat yaitu mengkonversi glucose menjadi glycogen (glygenesis),
2.Metabolisma protein yaitu sintesa asam amino nonessential, sintesa plasma protein,  sintesa  faktor-faktor pembekuan, dan mem urea dari NH3
3.Metabolisme lemak yaitu mensintesa lipoprotein, memecahkan triglyserida menjadi asam lemak dan gliserol, membentuk ketone bodies, mensintesa asam lemak dari asam amino dan glucose, mensintesa dan memecahkan sholesterol.
4.Detoksifikasi :  menginaktivasi obata-obatan dan zat lainnya serta mengekresi zat-zat yang tidak diperlukan
5.Memproduksi empedu : membentuk empedu yang mengandung garam empedu, pigmen empedu dan cholesterol (empedu dihasilkan setiap hari sekitar 1 liter).
6.Menyimpan : Glucose dalam bentuk glycogen, vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E,K) dan yang larut dalam air (B1, B2, Cobvalamin, Vit C), asam lemak, mineral –mineral, asam amino dalam bentuk albumin dan ( globulin.
7.Sistem pagosit (sel kuffer) : memecahkan eritrosit yang sudah tua, eritrosit, bakteri, dan partikel lainnya, memecahkan hemoglobil dari eritrosit kedalam bilirubin dan biliverdin.

f.Usus Besar
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5 m. Usus halkus terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum. Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi  colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian akhir dari usus besar adalah rectum dan anus. Sphincter internal dan eksternal pada anus berfungsi untuk mengontrol pembukaan anus.
Fungsi utama usus besar adalah :
1.Sebagai aktifitas motorik. Gerakan mengayun dan peristaltik akan menggerakkan zat sisa menuju kebagian distal.
2.Sekresi. Pada umunya memproduksi mukus yang melindungi mukosas akan tidak mengalami injury, melunakkan feces yang memungkinkan bergerak dengan lancar kearah pelepasan dan menghambat pengaruh pembentukan keasaman oleh bakteri.
3.Absorpsi air, garam, dan chlorida. Colon mempunyai kemampuan mengabsorpsi 90 % air dan garam dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
4.Mensintesa vitamin. Bakteri pada uisus halus akan mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
5.Membentuk feces. Feces terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Massa padat termasuk sisa makanan dan sel yang mati. Pigmen empedu memberikan warna pada feces. Dan menstimulasi gerakan isi usus kearah pelepasan.
6.Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar. Pada saat feces dan gas berada dalam rektum, tekanan dalam rektum meningkat, menyebabkan terjadinya refleks defekasi.

Kanalis Inguinalis
Pleksus saraf dalam dinding usus besar akan mempertahankan tonus otot secara kontinu pada usus besar dan menstimulasi gerakan usus. Impuls saraf parasimpatis dari saraf vagus menstimulasi bagian proksimal colon.
Kanalis Ingunalis pada pria berisi funikulus spermatikus dan pada wanita berisi ligamentum rotundum.
Batas kanalis ingunalis :
1.Anulus ingunalis internus berada di eraniolateral yang merupakan bagian terbuka dari fasia transveralis dan poneurosis transverses abdominis. Annulus internus terletak di pertengahan antara SIAS dengan tuberkulum pugikan dan 1 jari dari di atas ligamentum ingunalis.
2.Anulus ingunalis eksternus berada di eaudomedil, diatas tuberlakum pugikum yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus.
3.Atapnya adalah aponeurosis M. oblikus eksternus.
4.Dasarnya terdapat ligametum ingunalis.
Trigonum hasselbach, merupakan daerah yang dibatasi:
a).Inferior oleh ligamentum ingunalis.
b).Di bagian lateral oleh vasa efigastrika inferior.
c).Di bagian medial oleh tepi lateral m rektur abdominis.
d).Dasarnya dibentuk oleh ransverses.

C.Etiologi
Kongential terjadi akibat prosessus vaginalis perisisten disertai dengan annulus yang terbuka lebar.
Terutama ditemukan adanya faktor kausal yang berperan untuk timbulnya Hernia:
1.Prosesus vaginalis yang cepat terbuka
2.Peninggian tekanan intraabdomen
a.Pekerjaan mengangkat barang-barang berat
b.Batuk kronik: bronchitis kronik, TBC
c.Hipertropi prostat, stikter ureta, konstipasi, asites

3.Kelemahan otot dinding perut
a.Usia tua, sering melahirkan
b.Kerusakan, N Mouguinalis dan iliofemoralis setelah apendektomi (bedah digestif)

D.Insiden
Hernia ingunalis pada bayi dan anak sekitar 1-2 %, sisi kanan biasanya lebih sering (60 %) dibanding sisi kiri (20 %) dan bilateral sebanyak 10-15 % Hernia ingunalis lateralis hampir selalu disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal dan kelemahan otot dinding perut. Umumnya terjadi bilateral, khususnya pria tua. Hernia ini jarang menimbulkan inkarserasi.

E.Patofisiologi
Kanalis ingunalis adalah kanal yang normal pada bulan ke-8 kehamilan terjadi testis melalui kanal tersebut.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosessus ini lebih mengalami obiterasi sehingga ini rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup.
Bila prosessus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul Hernia ingunalis congenital. Pada orang dewasa kanalis tersebut telah tertutup, namun karena lokus minoris resistensie, maka keadaan yang menyebabkan  tekanan intra abdominal meningkat kanal tersebut dapat terbuka kembali Hernia ingunalis lateralis.

F.Manifestasi Klinik
Umumnya pasien mengatakan turun berok atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan diselengkangan.kemaluan, benjolan tersebut biasa mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila menangis mengejam atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat  ditemukan nyeri.
Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejam dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh jari maka itu adalah Hernia ingunalis lateral, sedangkan bila sisi jari maka diagnosanya adalah Hernia ingunalis medialis.

G.Test Diagnostik
Lab : Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran diferensial.
1.Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
2.Pemeriksaan ronsen abdomen untuk mendeteksi penyebab lain
3.Ronsen data untuk mengesampingkan pneumonia
(Tucker, 1999)

H.Penatalaksanaan Medik
Operatif  merupakan satu pengobatan yang rasional, untuk Hernia prinsip dasar operasi  terdiri dari herniotomi dan herniorafi.
1.Konservatif seperti pemberian sedatif. Kompres, posisi tidur Trandelenburg hanya ditujukan pada hernia kanal.
2.Pembedahan
a.Herniotomi : kantong hernia dibuka dan didorong kedalam rongga abdomen kantong proximal dijahit, ikat stangulasi, mungkin dipotong, kantong distal dibiarkan.
b.Herniorafi : setelah heniotomi dilakukan tindakan memperkecil annulus internus diperkuat dinding belakang kanalis ingunal ini penting untuk mencegah terjadinya residif.

II. Konsep Keperawatan

A.Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, bentuk pelayanan bio, psiko, social dan spritual yang komphrehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit yang mencakup seluruh kehidupan manusia. Proses keperawatan adalah suatu sistem yang mempunyai 5 tahap yaitu pengkajian, Diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

B.Proses  keperawatan  pada klien Hernia

1.Pengkajian :
a)Preoperasi
1)Kemerahan, padat, nyeri, globular, bengkak yang tidak berkurang pada lipatan paha.
2)Rewel karena nyeri
3)Anoreksia
4)Muat muntah
5)Distensi abdomen
6)Tak ada peristaltic Usus.
7)Dehidrasi
8)Jika saluran usus mengalami isekemik atau gangren akan mengakibatkan syok, deman, tak ada bising usus, dan asidosis metabolik
b)Pasca Operasi
1)Nyeri abdominal, tiba-tiba hilang dan nyeri pada perforasi diikuti dengan peningkatan nyeri menyebar
2)Posisi miring dengan lutut fleksi memberikan rasa nyaman yang maksimal.
3)Distensi abdomen secara progrersif.
4)Muntah (mungkin terjadi setelah serangan nyeri).
5)Diare atau konstipasi.
6)Penurunan atau hilangnya bising usus.
7)Demam.
8)Takipnea.
9)Pucat atau kemerahan.
10)Peka rangsang.
11)Gelisah dan dehidrasi  (Tucker,  1999)

2.Dampak Pasca Operasi Hernia Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia:

Hernia

Post operasi

Terputusnya kontuinitas jaringan

Mengeluarkan zat-zat proteolitik
(Bradakinin, histamine dan prostaglandin)

merangsang ujung-ujung syaraf tepi

dihantarkan oleh afferent 1-2 segmen di dorsal
rool menuju hipotalamus

Dikembalikan oleh syaraf efferent

Persepsi nyeri

aktivitas dibatasi

gerakan terbatas


Kurang Perawatan Diri


c.Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien dengan gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis adalah:
1.Ansietas berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.
2.Nyeri berhubungan dengan pembedahan.
3.Resiko tinggi terhadap kerusakan terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan.
4.Resiko tinggi terhadap infeksi pada retensi perkemihan akut, insisi dan pembedahan dan inflamasi skrotum terhadap herniorafi.
5.Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik skunder terhadap pembedahan.
6.penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

d.Intervensi

1.Ansites berhubungan dengan pengetahuan tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, takut tentang bebeapa aspek pembedahan.
Tujuan : Mengungkapkan  pemahaman tentang kejadian preoperasi dan pasca operasi, melaporkan berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi ceria.


INTERVENSI RASIONAL
1.Jelaskan apa yang terjadi selama periode praoperasi dan pasca operasi, persiapan kulit, alasan status puasa, obat-obatan praopeasi, tinggal diruang pemulihan, dan program pasca operasi informasikan pasien bahwa obat nyeri sebelum nyeri menjadi berat.
2.Ajarkan dan usahakan pasien untuk :
a.Nafas dalam
b.Berbalik
c.Turun dari tempat tidur
d.Membabat bagian yang dibedah ketika batuk
Jika ada, gunakanlah program audiovisual untuk membedakan khusus.
3.Biarkan pasien dan orang terdekat mengungkapkan perasaan tentang pengalaman pembedahan. Perbaiki jika ada yang kekeliruan konsep. Rujuk pernyataan khusus tentang pembedahan kepada ahli bedah.

4.Lengkapi daftar aktivitas pada daftar cek praoperasi (Apendiks K). Beritahu dokter jika ada kelainan dari hasil tes laboratorium praoperasi.

5.Tegaskan penjelasan-penjelasan dari dokter.   Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas dan meningkatkan kerjasama pasien selama pemulihan. mempertahankan konstan memberikan
kontrol. nyeri terbaik

Untuk mendorong keterlibatan pasien dalam perawatan diri.
Dengan mengungkapkan perasaan membantu pemecahan masalah dan memungkinkan pemberi perawatan untuk mengidentifikasi kekeliruan yang dapat menjadi sumber kekuatan orang terdekat adalah  sistem .
Pendukung bagi pasien. Agar efektif, system pendukung harus mempunyai mekanisme yang kuat.
Daftar cek memastikan semua aktivitas yang diperlukan telah lengkap. Aktivitas tersebut dirancang untuk memastikan pasien telah siap secara fisiologi, untuk pembedahan, sehingga mengurangi resiko lamanya penyembuhan.
Pengulangan-pengulangan tersebut mendorong untuk belajar.

2.Nyeri berhubungan dengan pembedahan
Tujuan : pasien tidak merasa takut, postur tubuh rileks, tidak mengeluh nyeri atau nyeri berkurang .

INTERNVENSI RASIONAL
1.Pantau :
a.Tekanan darah, ,nadi dan pernafasan   setiap 4 jam
b.Intensitas nyeri
c.Tingkat kesadaran

2. Berikan obat analgetik jika dibutuhkan dan evaluasi keefektifannya. berikan obat analgestik sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien.
a.Nyeri ringan-analgetik oral-oral non-narkotik.
b.Nyeri sedang-analgetik orl-oral narkoti atau obat entiinflamasi nonsteroid (nsaid) seperti torodal.
c.Nyeri hebat-analgetik narkotik secara parenteral.
3. Memberitahu dokter jika nyeri bertambah buruk atau tidak ada respons terhadap analgetik yang diberikan sampai pemberian obat selanjutnya.
4. Memberitahukan dokter efek yang merugikan dari analgesik narkotik dan intervensi dengan tepat:
a. Depresi pernafasan
1)pernafasan tidak teratur kurang dari 12 menit.
2)berikan nalokson hci(narcan) iv sesuai pesanan.
3)berikan separuh dosis obat narkotik selama pengaruh anesta.
Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan

Pasien yang paling dapat menilai intensitas  nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman subyektif. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih hebat.
Ini merupakan indikasi bahwa perlu analgesik yang lebih besar bila mulai ada komplikasi.
Defresi pernafasan adalah efek samping yang paling utama dari analgetik narkotik antagonis..

b.Sedasi
Jika pasien sulit untuk bangun, kurangi jumlah analgesik dan hindarkan pemberian obat yang lain yang menyebabkan penekanan system syaraf pusat (hipnotik).
c.Konstipasi
Anjurkan masukan cairan bebas, makanan tinggi serat dan lunak fases.
d.Retensi Urin
Kateter dianjurkan jika pasien mengeluh tidak mampu untuk mengeluarkan urine walaupun dengan mengedan yang menyertai distensi suprapubis.
5.Bantu pasien untuk
 mengambil posisi yang nyaman. Tinggikan ekstremitas yang terasa sakit. Tekuk lutut dengan menggunakan bantal atau penyokong lutut ditempat tidur untuk menurunkan ketegangan otot-otot perut setelah tindakan bedah atau bila ada nyeri dipunggung.
6.Pakai kompres es atau kompres panas (kalau tidak ada kontraindikasi). Hindarkan kompres panas untuk luka dan insisi baru.
7.Ajarkan pasien teknik bernafas berirama untuk nyeri yang ringan sampai yang sedang dalam hubungannya dengan nyeri yang lain meringankan intervensi.
Sedasi yang berlebihan adalah gejala-gejala takar lajak obat. Pasien dengan gagal ginjal, penyakit hepar dan lanai adalah paling mudah terkena efek samping takar lajak obat.

Kontipasi adalah masalah bagi yang menggunakan analgetik narkotik yang lama.

Rertensi urine lebih sering terjadi pedang analgetik narkotik, yang mengontrol nyeri kuat

Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi penekanan dan mencegah untuk mengurangi penekanan  dan mencegah otot-otot tegang membantu menurunkan rasa tidak nyaman.

Dingin mencegah pembengkakan. Panas melemaskan otot dan pembuluh darah berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi.

Distaksi mengganggu stimulas nyeri dengan mengurangi rasa nyeri. Distaksi tidak mengubah intensitas nyeri. Paling baik digunakan untuk periode pendek pada nyeri ringan sampai sedang.
8. Berikan istirahat sampai nyeri hilang. Kurangi kebisingan dan sinar yang terang. Jaga kehangatan pasien dengan selimut ekstra. Istirahat menurunkan pengeluaran energi. Vasokonstruksi perifer terjadi pada nyeri hebat dan menyebabkan pasien panas merasa dingin. Biasanya rangsangan lingkungan yang kuat, memperhebat persepsi pasien.

3.Resiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan pembedahan.
Tujuan : tidak ada infeksi tidak ada pendarahan, penyembuhan luka.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau keadaan tepi luka ketika     mengganti verban.

2. Agar pasien menahan insisi abdomen ketika batuk.
3. Jika terjadi dehisens, tutup insisi dengan verban steril yang dibasahi larutan saline untuk melindunginya. Beritahu dokter.
4. Berikan perawatan luka dengan menggunakan teknik aseptik yang ketat. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
Untuk mencegah tegangan pada jahitan.
Lembab melindungi jaringan agar tidak mengering.


Infeksi luka adalah penyebab utama dehisens.

4.Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan resensi perkemahan akurat, insisi pembedahan, dan inflamasi skrotum sekunder terhadap herntrofi.
Tujuan : Urine jerih kuning atau kekuning-kuningan, berkemah tanpa keluhan ketidak nyamanan, suhu 37o, luka sembuh, SDP diantara 5000-10.000/mm3.
INTERVENSI RASIONAL
1.Pantau
a.Untuk kesulitan berkemih setiap 8 jam.
b.Masukkan dan keluaran setiap 8 jam.
c.Warna dan ukuran skrotum setiap hari.
d.Penampilan luka pada penggantian balutan.
e.Suhu setiap 4 jam.

2. Laporkan pada dokter temuan tentang:
a.Ketidakmampuan berkemih disertai dengan distensi suprapubis
b.Sering kemih dengan jumlah sedikit. Katerisasi sesuai pesanan.

3. Konsultasi dokter bila pasien mengalami bengkak dan ekimosis skrotum atau nyeri berkemih dengan bau tak sedap, urine keruh. Berikan kompres es dan sokong scrotal sesuai pesanan. Berikan antibiotik yang diprogramkan. Tingkatkan masukan cairan sampai sedikitnya 2-3 setiap hari.
Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyampaian dari hasil yang diharapkan.

Temuan ini menandakan retensi perkemihan akut dan memerlukan katerisi untuk mengosongkan kandung kemih. Retensi perkemihan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

Temuan ini menandakan infeksi kompres dingin dan peninggian  membantu menghilangkan bengkak. Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi. Cairan membantu pembilasan ginjal dan meningkatkan antibiotik lebih baik.

5.Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahan.
Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan dan mengungkapkan ADL terpenuhi.


INTERVENSI RASIONAL
1. Tentukan tingkat bangunan yang diperlukan. Berikan bantuan dengan ADL sesuai keperluan. Membiarkan pasien melakukan sebanyak mungkin untuk dirinya.
2. Berikan waktu yang cukup bagi pasien untuk melaksanakan sktivitas.
3. Instruksikan pasien adaptasi diperlukan untuk melaksanakan ADL. Dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit. Berikan pujian untuk keberhasilan tersebut. Untuk mendorong kemandirian


Membebani pasien dengan aktivitas menyebabkan frustasi.

Untuk mendorong kemandirian pujian memotivasi untuk terus belajar.

6.Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.
Tujuan : Menyatakan mengerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan.
INTERVENSI RASIONAL
1.Pastikan pasien memiliki instruksi tertulis tentang perawatan diri dan perjanjian untuk kunjungan evaluasi.
2.Ajarkan dan biarkan pasien merawat luka jika penggantian verban perlu dilakukan di rumah. Tekankan pentingkan mencuci sebelum dan sesudah merawat luka
3.Evaluasi kebutuhan bantuan perawatan di rumah tersedianya sistem pendukung yang memadai untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Hubungi perencana atau pemulangan pasien untuk mengatur bantuan perawatan di rumah jika memerlukan bantuan tetapi tidak mempunyai system pendukung di rumah.
4.Instruksikan pasien untuk memberitahu dokter jika terjadi infeksi luka, kemerahan, nyeri tekan, drainase, demam.
5.Pastikan pasien mempunyai persediaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik. Instruksi verbal akan mudah terlupakan

Praktik akan membantu pasien mengembangkan keyakinannya dengan perawatan diri. Juga  memungkinkan perawat mengevaluasi kemampuan pasien melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan. Tindakan untuk mencegah infeksi harus dilanjutkan sampai luka benar-benar sembuh.
Layanan sosial atau perencanaan pemulangan pasien berfungsi sebagai penghubung yang penting untuk memindahkan pasien ke lingkungan rumah atau fasilitas perawatan luar untuk memastikan kelanjutan penyembuhan atau rehabilitasi.

Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

Persediaan penting untuk mengurangi kecemasan yang pada umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien. Analgetik memberi kenyamanan dan mendorong untuk tidur.
6.Instruksikan agar pasien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari benda-benda berat dan latihan yang berlebihan. Pembedahan adalah stresor.


DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansyur, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, EGC, Jaharta
Brunner & Suddarth, 2001,  Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 vol, EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6, EGC, Jakarta

Carpenito, Lynda Juall, 1995, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta

Engram, Barbara,1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I, EGC, Jakarta

Gayton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, EGC,  Jakarta

Gibson, John, MD, 1995, Anatomi Dan Fisiologi Modern Untuk Perawat, EGC, Jakarta

Hudak & Gallo, 1996, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI,  EGC, Jakarta

Keliat, B.A. 1994, Proses Keperawatan, Arcan, Jakarta

Made Kusala Girl, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak, Laboratorium Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang

Marrilyn. E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 EGC, Jakarta

Polaski, Arlene L, 1996, Luckman’s Core Principles and practice of Medical Surgical Nursing, , W.B Saunders Company, Philadelphia

Soeparman A. Sarwono Waspadji, 1990, Ilmu Penyakit Dalam jilid II, , UI, Jakarta

Susan Martin Tucker, 1999, Standar Perawatan Pasien, EGC, Jakarta

NEURON ATAU SEL SARAF

Neuron atau sel saraf merupakan alat penting dalam struktur kinerja pada tubuh manusia, ia berfungsi sebagai penghantara bagi informasi yang berasala dari susuna saraf pusat untuk dikomunikasiakn kepada organ orga tubuh yang lainnya.
Neuron Tersusun dari tiga komponen utama yaitu:

1.Soma (sel body), Yang didalamnya terdapat cairan (citoplasma) yang mengandung  larutan kalium dan organelle seperti endoplasmic reticulum, aparat golgi, mitochondria, sedangkan inti selnya berada di tengah sel yang berdiameter sekitar 20 mikrometer.
2.Dendrid, merupakan cabang dari soma yang mempunyai reseptor pada dinding selaput pembungkus dendrid.
3.Akson, merupakan cirri khas dari sel saraf yang terdiri dari dua bagian, yaitu pangkal (axon hillock) dan ujung (terminal bouton) yang berfungsi sebagai sarana antar neuron.

Klasifikasi sel saraf di bagi berdasarkan 3 bagian yaitu:
1.Berdasarkan jumlah akson dan dendridnya (atau neurit) yang terbagi dalam, Unipolar, bipolar, dan multi polar.
2.berdasarkan bentuk dendridnya, yang terdiri dari sel pyramid, sel stellate, spiny, aspinous.
3.berdasarkan neurotransmeter yang dikandungnya, yang terdiri dari kolinergik, serotonergik, noradrenergic, adrenergik, dopamenergik, histaminergik.
Ketiga klasifikasi selsaraf ini di tunjang oleh sel penunjang (neuroganglia) yang terdiri dari astrosit yang berfungsi sebagai produen pembuat kapsul sinaps, sawar darah otak dan mempertahankan homeostasis cairan interstitial otak, oligodendrosit yang berfungsi membuat selubung myelin dan memperkuat jaringan sel saraf, Mikroganglia yang berfungsi mempertahankan local, sel ependima yang berfungsi sebagai pembuat cairan serebrospinalis, sel schwan yang berfungsi sebagai pembuat selubung myelin pada susunan saraf perifer, sel satellite yang berfungsi sebagai selubung myelin.  

Hubungan tranmisi atau komunikasi antar neuron terdiri dari hubungan:
1.Gap Junction yang berarti komunikasi antara dua sara yang dindingnya berdempetan atau melekat erat melalui suatu lubang yang dapat dilalui oleh ion-ion molekul tertentu, contoh pada otot jantung.
2.Paracrine yaitu komunikasi suatu sel saraf  dengan sel-sel yang ada di sekitarnya yang terdapat ditubuh dengan perantara zat kimia, contoh proses radang, mengelurkan impuls sehingga lekosit-lekosit datang.
3.Endocrine yaitu komunikasi antara satu sel saraf atau sekelompok sel dengan sel-sel lain di dalam tubuh dengan perantara zat kimia yang beredar di pembuluh darah, contoh system hormon.
4.Sinaps Sistem komunikasi antar neuron atau sel saraf melalui celah sinaps.

   Sedangkan macam-macam sinaps secara fungsional dibagi dua bagian yaitu sinaps listrik dan sinaps kimia, berikut tabel perbedaan fungsi sinaps:

Perbedaan Transmisi Sinaps Listrik Sinaps Kimia
Jarak celah sinaps 3,5nm 20-40
Ultrastruktur sinaps        Gap-junction channel Vesikel(pra-) dan reseptor (pasca sinaps)
citiplasma pra dan pasca sinaps                   Ya          TidakBahan Perantara                                                    Arus ion                                 neurotransmitter
Waktu tenggang aksi pra dan pasca sinaps Hampir tidak ada 1-5 detik
Arah transmisi 2 arah 1 arah
Waktu konduksi Lebih cepat Lebih lambat
Fungsi Monoton Lebih bervariasi


Sedangkan struktur sinaps terbagi dalam dua struktur yakni struktur sinaps konvensional, dan struktur saraf non konvensional. Struktur saraf konvensional terdiri dari , aksodendritik, aksosomatik, aksoaksonik. Sedangkan struktur saraf non konvensional terdiri dari, dendrodenritik (bulbus olfaktorius), aksodendrodendritik (ganglion simpatetik).
Neurotransmeter, yaitu suatu bahan yang dilepaskan pada sinaps dari satu neuron dan mempengaruhi neuron lainnya atau sel organ efektor dengan cara spesifik. Bahan-bahan neuro transmeter harus mempunyai beberapa syarat yaitu: disintesa dalam neuron, berada di ujung saraf (terminal) sel neuron pra sinaps dan ketika di lepaskan dalam jumlah memadai dapat menimbulkan kegiatan tertentu pada sel neuron pasca sinaps, bila diberikan dari luar tubuh (eksogen)memberikan efek yang sama dengan yang terjadi secara endogen, mempunyai mekanisme peniadaan tertentu dari celah sinaps.
Pada umumnya neurotransmitter terbagi kedalam 4 bagian yaitu:
1.Asetilkolin
2.Golongan Amina yaitu norepinefrin,epinefrin dopamine, serotonin(5-hidroksitriptiramin).
3.Golongan asam amino yaitu Gamma amino butyric acid (GABA), glisin, glutamate.
4.Golongan peptida yang terdiri dari:

 Hyphothalamic-releasing hormones, Thyrotropin-releasing hormone, Luteinizing hormone-releasing hormone, Somatostatin.
 Peptida hipofise, ACTH, β-Endorfin, α-Melanocyte-stimulating hormone, Vasopressin, Oksitosin.
 Peptida yang bekerja pada usus dan otak , leusin enkefalin, metionin enkefalin, substansi P, Kolesistokinin, Polipeptida vasoaktif intestinum, neurotensi, insulin, glukagon.
 Dari jaringan lain, angiotensin II, bradikinin.

Perubahan impuls sinaps terjadi denga reaksi sebagai berikut :
1.Modulasi impuls, perubahan karakter dari impuls berupa divergensi  (impuls yang memasuki suatu kumpulan neuron dapat merangsang lebih banyak serabut saraf sebelum meninggalkan kumpulan neuron), divergensi dibagi 2 macam yaitu: divergensi tipe pembesaran (amplifying) dan divergensi yang menuju ke jaras-jaras ganda (multiple tracts)
2.Konvergensi, yaitu sinyal yang berasal dari banyak neuron dan dapat merangsang neuron yang sama,serabut yang masuk akan memusat menujukesatu neuron yang sama, konvergensi juga dibagi dua yaitu: konvergensi yang berasal dari satu sumber, konversi yang berasal ari macam-macam sumber

Sinaps sebagai transmeter dapat mengalami perubahan kepekaannya akibat dipengaruhi oleh:
1.Perubahan pH dalam cairan interstisial di sekelilingnya yang berupa alkalosis(peningkatan eksitabilitas)dan asidosis(penurunan aktivitas neuron).
2.Suhu tubuh berupa hiperthermi (peningkatan kepekaan sinaps), hiphotermi  (penurunan kepekaan sinaps)
3.Pengaruh obat-obatan atau bahan kimia berupa kafein, nikotin, teofilin.
4.Perubahan struktur sinaps, yaitu perubahan dalam jumlah reseptor, dan visikel.
5. Rangsangan berulang singkat(Post titanic potentiation) yang menyebabkan neuron post sinaps menjadi lebi mudah terangsang.
Semua perubahan dalam system kerja sinap ini akan berpengaruh terhadap kerja neuron sebagai transmeter saraf kesemua bagian tubuh manusia.




Daftar Pustaka
 Masud, Ibnu. Fisiologi Persepsi Kerja Otak, Universitas Brawijaya, Malang 2001
Masud, Ibnu. Sinopsis Faal Sistem, Universitas Brawijaya, Malang 2000
Khila Firani, Novi. Hand Out Psikologi Faal, UIN Malang 2003
Tri Cahyo, Kholid. Hand Out Psikologi Faal, Stain Malang 2000