SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG KAMI

Minggu, 27 Mei 2012

LAPORAN PRAKTIKUM LEMAK



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam tubuh manusia terdapat berbagai zat-zat yang berfungsi sebagai pembangun dan penghasil energi yang digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas. Zat-zat tersebut didapatkan oleh tubuh melalui bahan makanan yang kita konsumsi. Namun apabila bahan makanan yang kita konsumsi terlalu berlebihan, maka akan menyebabkan efek yang kurang baik bagi tubuh kita seperti timbulnya penyakit. Salah satu zat-zat tersebut adalah lemak. Lemak merupakan zat yang berasal dari makanan dan juga sebagai bentuk cadangan makanan yang disimpan dalam tubuh. Lemak didapat oleh tubuh melalui bahan makanan seperti daging, ikan, susu, dan bahan makanan lainnya. Banyaknya lemak yang terdapat dalam tubuh tergantung pada jumlah kandungan lemak dan jumlah makanan yang kita konsumsi (Anonim, 2009).
Lemak atau lipida yang terdapat dalam tubuh kita harus seimbang, artinya kandungannya tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Jika kita kelebihan lemak, maka kita akan mengalami berbagai penyakit seperti obesitas atau kegemukan, serangan jantung, hipertensi, dan peyakit berbahaya lainnya. Sebaliknya jika kita kekurangan lemak, kita juga dapat terkena penyakit seperti kekurangan gizi. Pada saat dingin lemak dibakar oleh tubuh untuk menghasilkan energi atau pada saat kita tidak makan dan membutuhkan energi. Tubuh kita mempunyai system kerja yang kompleks, sehingga dapat melakukan kegiatan metabolisme dengan baik selama tubuh kita sehat. Termasuk kegiatan membakar lemak menjadi energi.
Secara garis besar lemak yang kita konsumsi ada dua jenis, yaitu lemak nabati dan lemak hewani. Lemak nabati merupakan lemak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan lemak hewani merupakan lemak yang berasal dari hewan. Contoh lemak nabati adalah lemak yang berasal dari kacang-kacangan. Dan contoh lemak hewani adalah lemak yang berasal dari daging hewan seperti daging sapi yang sering kita konsumsi. Semua jenis lemak ini harus dikonsumsi secara teratur dan seimbang. Lemak dapat juga digunakan sebagai penyedap makanan. Sehingga kita lebih tertarik untuk mengkonsumsi makanan tersebut.
Dalam tiap 1 gram lemak, tedapat kandungan kalori sebesar 9 kalori. Selain yang telah disebutkan di atas, lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan sebagai pelindung alat-alat tubuh (Sulaiman, 1996).
Lemak tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organic. Lemak sama halnya dengan zat-zat tubuh lainnya, lemak juga tersusun dari unsure seperti karbon (C), nitrogen (N), oksigen (O), phosphor (P), dan hydrogen (H). Semua unsur-unsur ini bergabung dan membentuk ikatan yang merupakan ikatan dari lemak (Girindra, 1990).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat lemak.



II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lemak sederhana
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan suatu alcohol, biasanya berupa gliserol, serta menghasilkan asam lemak. Contohnya ialah triasigliserol yang disebut juga trigliserida, ditemukan dalam serum, minyak kelapa dan minyak lain dari berbagai makhluk hidup. Minyak adalah yang dalam suhu biasa berada dalam bentuk cair. Lemak yang dalam suhu biasa berada dalam bentuk padat disebut sebagai lemak saja. Konsistensi cair atau padat dalam suhu ruang ini ditentukan oleh jumlah atom C yang menysun asam lemak dari TG. Makin panjang rantai C biasanya makin padat. Selain itu juga ditentukan oleh jumlah ikatan rangkap antar atom C. makin banyak ikatan rangkap maka konsistensi semakin cair. Lemak yang banyak mengandung ikatan rangkap ini disebut asam lemak esensial yang harus ada dalam makanan. Pada umumnya lemak tumbuhan berupa minyak karena rantai C penyusunnya, asam lemaknya agak lebih pendek dan jumikatan rangkapnya relative lebih banyak.
B. Lemak majemuk
Lemak jenis ini bila dihidrolisis akan menghasilkan suatu alcohol. Suatu asam lemak dan senyawa lain yang bukan alcohol maupun asam lemak. Senyawa ini dapat berupa asam fosfat, asam amino, basa organic seperti kolin atau betadin. Pada umumnya lemak majemuk ini bermuatan listrik atau paling tidak mempunyai pengkutuban muatan dalam molekulnya, sehingga menjadi lebih mudah berinteraksi dengan air. Lemak majemuk ini ikut menyusun lemak, asam lemak dengan ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dan asam lemak tanpa ikatan rangkap atau ikatan asam lemak jenuh, kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid. Lemak majemuk ini ikut menyusun membrane sel dan juga selubung sel serat syaraf.
C. Turunan lemak
Yang dimaksud dengan turunan lemak yaitu berbagai senyawa yang diperoleh dari atau pemecahan kedua jenis lemak terdahulu. Jadi yang termasuk dalam kelompok ini adalah gliserol dan berbagai alcohol lain yang ikut menyusun lemak. Asam lemak dengan ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dan asam lemak tanpa ikatan atau asam lemak jenuh, kolesterol dan berbagai macam senyawa steroid seperti hormone steroid (kortisol, prednisone, estrogen, progesterone, testoteron, dan aldosteron. Selain itu meskipun bukan termasuk lemak perlu juga diketahui bahwa vitamin-vitamin ini tidak larut dalam air dan hanya larut dalam lemak atau pelarut lemak. Vitamin ini seperti vitamin A, D, E, dan vitamin K yang memerlukan lemak untuk diserap atau untuk melakukan absorbsi pada tubuh dan digunakan didalam tubuh.


B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan praktikum tentang lemak yang bertujuan untuk melihat atau mengetahui sifat-sifat lemak. Bahan yang digunakan adalah minyak curah, minyak bimoli, margarine, dan keju.
Uji yang dilakukan pada praktikum ini adalah uji titik cair dan titik beku dan uji penyabunan. Untuk minyak fortune pada uji titik cair, minyak tersebut dipanaskan dalam air, dimana pada saat minyak fortune ini mulai mencair pada saat suhu air sebesar 98 ̊C dengan kondisi suhu awal air yaitu sebesar 30̊C. Ini menandakan bahwa minyak fortune dapat mencair pada suhu tertentu. Sedangkan pada uji titik beku, yaitu dengan cara minyak fortune dimasukkan atau didinginkan pada air yang didinginkan dan didapatkan hasil bahwa minyak fortune mulai membeku pada suhu air 14̊C dengan suhu awal air tersebut adalah sebesar 29̊C. Ini berarti minyak fortune juga dapat membeku pada suhu tertentu. Pada uji penyabunan dengan bahan margarine yang ditambahkan dengan larutan KOH didapatkan hasil pada adanya 2 lapisan pada margarine tersebut, dimana pada lapisan atas lebih jernih dan yang bawah lebih keruh. Sedangkan pada saat margarine ditambahkan dengan larutan NaOH diperoleh hasil bahwa margarine mulai mengalami perubahan pada saat dipanaskan pada suhu air 97 ̊C, dimana pada suhu tersebut terdapat buih dan lapisan atas lebih pekat daripada lapisan bawah.
Hasil yang didapat pada uji titik cair pada minyak curah, yaitu minyak curah mulai mencair pada saat dipanaskan dalam air yang bersuhu 98 ̊C dengan keadaan awal atau suhu awal sebesar 30 ̊C. Dan pada uji titik beku didapatkan bahwa minyak curah akan membeku pada suhu air 10 ̊C dengan keadaan awal sebesar 30 ̊C. Untuk memperoleh titik cair dan titk beku diperlukan waktu yang dan suhu yang sesuai dengan kodisi bahan sehingga akan tercapai keadaan dimana bahan mengalami bentuk cair dan bentuk beku. Uji penyabunan menunjukkan adanya gelembung saat menggunakan NaOH dan adanya warna keruh pada saat menggunakan KOH.
Bahan terakhir yang digunakan dalam praktikum ini adalah keju. Uji penyabunan pada keju yang ditambahkan dengan larutan KOH menunjukkan bahwa pada saat suhu 96 ̊C, keju yang pada awalnya berwarna kekuning-kuningan berubah menjadi kuning keputihan dan adanya buih pada dinding tabung reaksi. Sedangkan pada saat keju ditambahkan dengan larutan NaOH diperoleh hasil bahwa pada suhu air 98 ̊C keju mulai mengalami perubahan dimana warna keju menjadi keputihan dana adanya buih pada dinding tabung reaksi.
Lama atau tidaknya waktu yang dibutuhkan untuk titik beku dan titik cair sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Komponen-komponen lemak yang ada pada bahan praktikum ini memiliki kandungan yang berbeda-beda dan menyebabkan perbedaan suhu dan waktu.

V. KESIMPULAN
Dari praktikum lemak yang telah dilaksanakan, maka dapat dismpulkan bahwa :
1. Lemak merupakan sumber energi terbesar yang ada tubuh manusia.
2. Menurut ikatannya, asam lemak dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
3. Lemak menurut asalnya dibagi menjadi dua yaitu lemak nabati dan lemak hewani.
4. Lemak merupakan sumber asam lemak esensial yang dapat diubah menjadi makanan oleh tubuh.



DAFTAR PUSTAKA
Girindra, A. 2000. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.

Wikipedia. 2004. Lemak. (online) (http//. id.wikipedia.org. diakses 10-11-2009).

Poejiadi, A. 2002. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.Jakarta.

Sulaiman, H. A. 2006. Dasar-dasar Biokimia untuk Pertanian. Universitas
Sumatera Utara Press. Medan.

Sabtu, 26 Mei 2012

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (KARBOHIDRAT)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini banyak ditemukan berbagai macam metode pengajaran. Dalam mempelajari suatu teori tidaklah cukup jika hanya dengan mengetahui secara bacaan saja, karena itu semua belumlah cukup sehingga perlu dilakukan suatu hal yang disebut dengan praktikum. Adanya praktikum kita dapat mengetahui apakah teori tersebut benar atau salah, demikian juga dengan teori karbohidrat yang akan dibahas ini. Karbohidrat merupakan suatu zat gizi yang berfungsi sebagai zat penghasil energi, dimana pada setiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kalori energi, walaupun pada kenyataannya lemak dapat menghasilkan energi lebih besar. Tetapi karbohidrat lebih banyak di konsumsi oleh masyarakat daripada lemak. Terutama pada negara-negara berkembang misalnya Indonesia menjadikan nasi yang merupakan sumber karbohidrat sebagai makanan pokok. Hal ini disebabkan karena sumber bahan makanan karbohidrat lebih murah daripada sumber makanan lemak. Selain itu karbohidrat lebih mudah di cerna daripada lemak.

            Adapun tujuan dari praktikum dengan materi karbohidrat kali ini adalah untuk mengetahui sifat-sifat umum maupun khusus dari karbohidrat dan mengetahui klasifikasi karbohidrat. Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui lebih dekat mengenai karbohidrat mulai dari sifatnya dan klasifikasinya.


 

BAB  II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia. Manusia yang aktif memerlukan banyak karbohidrat, namun kelebihan karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dan asam lemak (Riawan, 1998). Karbohidrat adalah polihidroksiketon, mempunyai rumus Cn(H2O)n. Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya (Suharsono,1992).


 

2.2. Klasifikasi Karbohidrat

2.2.1.   Monosakarida


 

Monosakarida merupakan karbohidrat paling sederhana, monosakarida larut dalam air dan tidak larut dalam alkohol juga eter. Monosakarida dibagi menjadi dua, yaitu aldosa dan ketosa. Aldosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus aldehid. Aldosa terdiri dari glukosa dan galaktosa. Glukosa adalah suatu aldosa, aldoheksa atau dektrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Galaktosa jarang terdapat di alam bebas. Umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat di dalam susu ( Fessenden, 1999 ). Ketosa, yaitu monosakarida yang mengandung gugus fungsi keton, contohnya fruktosa yang merupakan suatu karbon heksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri (Riawan, 1998). Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lemak menjadi lain (Purba, 1997)


 

2.2.2.  Oligosakarida

Oligosakarida merupakan karbohidrat yang tersusun dari dua sampai delapan satuan monosakarida (Yunani, oligo-, = beberapa).

Senyawa yang termasuk oligosakarida mempunyai molekul yang terdiri dari beberapa molekul monosakarida. Oligosakarida dibedakan atas  :

Disakarida, terdiri atas maltosa, laktosa, solobrosa, meletrosa, gatibrosa, dan turatosa (mampu mereduksi), sukrosa (tidak memiliki sifat pereduksi),                        

Trisakarida, terdiri atas marcotrosa, rhaminosa, rattinosa, meltitosa,                  

Tetrasakarida, terdiri atas stacyosa, schorodosa,

Pentasakarida, contohnya verbacossa  (  Fessenden,1999 ).

Oligoskarida yang lain adalah trisakarida yang terbentuk dari empat molekul monosakarida (Damin, 1986). Contoh dari oligosakarida yaitu sukrosa. Sukrosa adalah gula yang kita kenakan sehari-hari. Baik yang berasal dari tebu maupun gula. Dengan hidrolisis, sukrosa akan pecah menjadi fruktosa dan glukosa (Fesenden, 1994).


 

2.2.3.   Polisakarida


 

Senyawa dalam polisakarida terdiri dari molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang dipersatukan dengan ikatan glukorida. Polisakarida memiliki tiga maksud dalam kehidupan, yaitu sebagai bahan pembangunan, bahan makanan dan sebagai zat speritik. Polisakarida sebagai bahan bangunan, contohnya selulosa dan kitin. Polisakarida sebagai nutrisi yang lazim adalah pati dan glikogen. Contoh suatu zat epintik ialah heparin, suatu polisakarida yang mencegah koagulasi darah. Selulosa adalah senyawa organik paling melimpah di bumi (Soeharsono,1992). Polisakarida menghasilkan lebih dari 6 monosakarida pada hidrolisis. Contoh–contoh polisakarida yang dapat linier dan bercabang adalah pati dan dekstrin. Mereka kadang - kadang dinamakan sebagai heksosan, pentosan, homopolisakarida, atau heteropolisakarida tergantung pada bentuk monosakarida yang mereka hasilkan pada hidrolisis (Harper, 1979). Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida. Berat molekul monosakarida bervariasi dari sekitar 500 sampai 500000, bergantung pada jumlah yang terkandung dari monoskarida (Purba, 1997).


 

BAB III

MATERI DAN METODE

              Praktikum Kimia Dasar dengan Materi Karbohidrat dilaksanakan pada Hari Sabtu, 24 Oktober 2009, pukul 13.00 – 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Dipomegoro Semarang.


 

3.1. Materi

             Alat yang digunakan dalam praktikum karbohidrat, yaitu  Pipet tetes yang berfungsi untuk mengambil suatu larutan, tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan suatu larutan, rak tabung berfungsi untuk melutakkan tabung reaksi, pemanas air untuk memanaskan larutan dalam tabung, kaki tiga sebagai tempat untuk meletakkan tabung elemeyer, bunsen sebagai pemanas, penjepit untuk menjepit tabung reaksi saat dipanaskan, gelas beker sebagai tempat larutan. Untuk bahannya yaitu kertas saring, kertas lakmus, glukosa, laktosa, sukrosa, fruktosa, kanji, madu, sirup, larutan Iodine, Na2CO3,, fehling A, fehling B, Asam Pikrat pekat, HNO3 pekat, Pereaksi Benedict.


 

 3.2.Metode


 

            3.2.1. Prosedur Uji Kelarutan


 

          Menyiapkan lima tabung reaksi, kemudian memasukkan berturut-turut glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa dan kanji sebanyak 10 tetes. Setelah itu kita mencatat warna dari bentuk fisik karbohidrat tersebut, langkah berikutnya yaitu menambahkan 10 ml aquades kesetiap tabung reaksi. Selanjutnya kita tutup dengan ibu jari dan menggojog dengan baik. Langkah terakhir mencatat hasil pengamatan kedalam tabel.   

                                                                                                                                                             
 

 3.2.2. Prosedur Uji Fehling


 

                     Menyiapkan enam tabung reaksi dan dengan pipet tetes mengisi berturut-turut 1ml larutan laktosa, sukrosa, glukosa, fruktosa, kanji, dan sirup. Kemudian masing-masing tabung reaksi diisi 5 ml Fehling A dan Fehling B. dan selanjutnya digojog, setelah itu kita tempatkan dalam  pemanas air mendidih selama 10 menit dan mengamati perubahan yang terjadi. Uji ini positif jika terbentuk endapan merah bata.


 

3.2.3. Prosedur Uji Benedict


 

                        Memasukan 10 tetes larutan glukosa 2 % kedalam tabung reaksi, kemudian di tambahkan 10 tetes pereaksi benedict setelah  itu kita panaskan beberapa saat, maka akan terjadi perubahan warna. Amati dengan teliti dan catat pada lembar pengamatan . reaksi positif jika terjadi endapan  warna merah muda. Ulangi pengujian ini teradap larutan fruktosa,  laktosa, sukrosa, madu, sirup dan kanji.

3.2.4. Prosedur Uji Asam Pikrat


 

           Memasukan 10 tetes glukosa kedalam tabung reaksi. Tambahkan larutan Asam Pikrat jenuh dan Sodium Karbonat, setelah  dipanaskan beberapa saat amati perubahan warna yang terjadi. Reaksi positif jika terbentuk warna merah. Ulangi percobaan ini terhadap larutan fruktosa, laktosa, kanji, dan sirup.


 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uji kelarutan

Tabel 3. Uji Kelarutan

Sampel

Warna

Keterangan

Glukosa

Bening

Larut

Fruktosa

Kuning ening

Larut

Laktosa

Kuning bening

Larut

Sukrosa

Bening

Larut

Kanji

Lebih keruh

Larut

 Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Praktikum uji kelarutan glukosa, fruktosa, sirup, laktosa, madu, sokrosa, kanji larut dalam air. Hal ini menunjukan bahwa bahan tersebut merupakan gugus monosakarida. Hal ini sesuai dengan Kartasapoetra (1999), yaitu monosakarida dapat ditemukan dalam wujud glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Sampel apabila ditambahkan dengan aquades akan membentuk suatu larutan yang mengakibatkan warnanya menjadi keruh atau jernih berarti sampel tersebut mengandung karbohidrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hawab (2003) yang menyatakan bahwa suatu senyawa karbohidrat biasanya diakhiri dengan kata sakarida yang berarti gula (bahasa Yunani) atau dengan kata osa.


 

4.2.  Uji Pereduksi (Uji Fehling)

  Tabel 4. Uji Fehling   

Sampel

Reaksi

( +/ - )

Keterangan

Laktosa

+

Merah bata, terdapat  endapan

Sukrosa

-

Tidak terdapat endapan merah bata

Glukosa

+

Terdapat endapan  merah bata

Fruktosa

+

Terdapat endapan  merah bata

Kanji

-

Tidak terdapat endapan  merah bata

Madu

+

Terdapat endapan  merah bata

Sirup 2 %

+

Terdapat endapan  merah bata

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

 Pereaksi fehling terdiri atas fehling A dan B yang bila dicampur akan berwarna biru. Bila senyawa yang mengandung aldehid direaksikan dengan fehling maka akan terjadi endapan yang berwarna merah bata dan hasil menunjukan positif. Pada larutan sukrosa dan kanji tidak menunjukan hasil positif karena warna tidak mengalami perubahan yaitu warna tetap biru dan tidak terdapat endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999). bahwa reaksi yang positif menghasilkan endapan warna merah.


 

4.3.  Uji Benedict

Tabel 5. Uji Benedict


 

Sampel

Reaksi (+/-)

Keterangan

Glukosa 2 %

+

Warna merah bata

Sukrosa

-

Warna hijau

Maltosa

+

Warna merah bata

Laktosa

+

Warna merah bata

Fruktosa

+

Warna merah bata

Kanji

-

Warna biru

Madu

+

Warna merah bata

Sirup

-

Warna hijau tua

Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Setelah larutan diletakan dalam tabung reaksi dan sebelum dipanaskan, semua larutan berwarna biru bening. Setelah larutan itu ditambah pereaksi benedict dan dipanaskan, akan menghasilkan endapan merah bata, Endapan merah tadi adalah hasil reduksi CuO menjadi Cu2O. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999), bahwa reaksi yang positif  menghasilkan warna merah bata.


 

4.4.  Uji Asam Pikrat 

Tabel 6. Uji Asam Pikrat

Sampel

Reaksi (+/-)

Keterangan

Glukosa 2 %

+

Warna marah

Fruktosa

+

Warna merah

Laktosa

+

Warna merah

Kanji

-

Warna  Kuning               

Sirup

-

Warna Orange

Sukrosa

+

Warna Merah  

Madu

+

Warna Merah


Sumber: Data Primer Praktikum Kimia Dasar, 2009

Menurut percobaan ini glukosa, maltosa dan laktosa dapat mereduksi asam pikrat menjadi asam pikramat dengan perubahan warna menjadi merah bata. Glukosa teroksidasi menjadi asam glukonat dan asam pikrat menjadi asam pikromat jika tereduksi. Asam inilah yang berwarna merah. Hal ini sesuai dengan pendapat Fessenden (1999), bahwa reaksi yang positif menghasilkan warna merah.


 

      
 

BAB IV

KESIMPULAN.

Karbohidrat merupakan polihidroksi keton atau polihidrataldehid yang mempunyai rumus umum Cn(H2O)n. Pada uji kelarutan golongan monosakarida mudah larut dalam air. Sifat kimia dapat diuji dengan Uji Fehling dan akan terbentuk endapan merah bata, maka karbohidrat memiliki sifat pereduksi. Karbohidrat sebagai pereduksi diuji dengan Benedict yang ditunjukan dengan endapan merah bata. Tes asam pikrat terbentuk warna merah bata menunjukan reaksi positif.


 

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra. G, H Marsetyo. 1995. Ilmu Gizi. Rineka Cipta : Jakarta.

Fessenden, J. 1994. Dasar Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

                     . 1999. Kimia Organik. Edisi  kedua. Erlangga, Jakarta

Harper, H . A .1979 . Biokimia. Buku kedokteran E. G. C : Jakarta

Hawab, M. 2003. Pengantar Biokimia. Bayu Media Publishing, Bogor.

Purba, Michael. 1997. Ilmu Kimia. Erlangga, Jakarta.

Riawan,S. 1990.Kimia Organik.Binarupa Aksara, Jakarta

Soeharsono, N. 1992.Biokimia jilid 1. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta


 

Cara Klasifikasi Mahluk Hidup

 
 

 
 


Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup

Kegiatan klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut.

Telah Anda ketahui bahwa makhluk hidup sangat banyak jumlahnya dan sangat beranekaragam ciri dan sifatnya. Tentunya sangat sulit mempelajari makhluk hidup yang sangat beranekaragam tersebut. Untuk itu perlu dicari cara yang paling baik, yaitu dengan melakukan pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Jadi tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah menyederhanakan obyek kajian, sekaligus mempermudah dalam mengenali keanekaragaman makhluk hidup.

Bagaimanakah cara klasifikasi makhluk hidup? Sejak zaman prasejarah manusia sudah melakukan pengelompokan makhluk hidup. Ada kelompok hewan berbisa dan tidak berbisa, kelompok hewan pemangsa dan yang dimangsa, serta hewan yang berguna dan merugikan bagi manusia. Demikian juga tumbuhan, ada tumbuhan obat-obatan, dan tumbuhan penghasil pangan. Selain itu ada pula tumbuhan sayur-sayuran dan buah-buahan serta umbi-umbian.

Anda dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup seperti di atas. Melalui pengamatan di lingkungan sekitar, Anda dapat mengelompokkan hewan berkaki dua dan berkaki empat, serta hewan pemakan rumput dan pemakan daging. Demikian pula pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.

Pengelompokan makhluk hidup dapat pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di pasar ada kelompok sayuran, buah-buahan, hewan ternak dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kita memperolehnya serta memanfaatkannya.

Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup pada zaman prasejarah, antara lain berdasarkan manfaat bagi manusia.

Perkembangan selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan cara pengelompokan makhluk hidup yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan cara-cara pengelompokan pada zaman prasejarah. Contoh; Aristoteles (384 – 322 SM), mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi vertebrata dan avertebrata. John Ray (1627 – 1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-grup kecil. Ia telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies. Carolus Linnaeus (1707 – 1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia juga mengenalkan pada system tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu Monera (bakteri dan ganggang biru); Protista (ganggang dan protozoa); Fungi (jamur); Plantae (tumbuhan); dan Animalia (hewan).


 

Gambar 16. Kerajaan makhluk hidup menurut Whittaker

Masing-masing kingdom/kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi Divisio/Divisi untuk tumbuhan dan Phylum/Filum untuk hewan. Setiap Divisi atau Filum terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Demikian dan seterusnya.

Setiap kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson. Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hokum), atau juga disebut sistematika (susunan dalam suatu system). Berdasarkan uraian diatas dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi, dan anatominya. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya.

Makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang disebut spesies atau jenis.
Contohnya:  Spesies kucing (Felis domestica)
Spesies harimau (Felis tigris)

Beberapa spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia (suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas). Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.

Dengan cara demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya sedikit.

Untuk membantu memahami uraian di atas, perhatikan skema atau bagan berikut!


 

Gambar 17. Skema tingkatan takson, spesies (jenis), sampai kingdom (kerajaan)

Bagaimanakah penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati contoh berikut:

a.

Klasifikasi hewan kucing

 

Kerajaan (Kingdom)
Chordata Kelas (Classis)
Carnivora Suku (Familia)
Felis Jenis (Spesies)

:
:
:
:

Animalia Filum (Phylum)
Mamalia Bangsa (Ordo)
Felidae Marga (Genus)
Felis Catus (kucing)


 

b.

Klasifikasi tumbuhan padi

 

Kerajaan (Kingdom)
Divisi (Divisio)
Anak Divisi (Sub Divisio)
Kelas (Classis)
Bangsa (Ordo)
Suku (Familia)
Marga (Genus)
Jenis (Spesies)

:
:
:
:
:
:
:
:

Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Monocotyledoncae
Poales
Poaceae
Oryza
Oryza Sativa (padi)

Sesuai dengan perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya.

TINGKAT TAKSONOMI

Disebut juga tingkat pengelompokkan.Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling umum sampai kepada kelompok yang paling khusus, dengan urutan tingkatan sebagai berikut:
1.     Regnum/Kingdom     (Dunia/Kerajaan)
2.     Divisio/Phyllum     (Tumbuhan/Hewan)
3.     Classis     (Kelas)
4.     Ordo     (Bangsa)
5.     Familia     (Suku)
6.     Genus     (Marga)
7.     Species     (Jenis)

TATA NAMA

Dalam pemberian nama mahluk hidup kita mengenal nama daerah (anjing, dog) dan nama ilmiah (ex: canine). Nama daerah hanya dapat dimengerti oleh penduduk di daerah itu. Nama Ilmiah digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia menggunakan bahasa latin/yang dilatinkan. Setiap organisme hanya memiliki satu nama yang sah.

CARA PEMBERIAN NAMA JENIS

Sistem tata nama yang digunakan disebut "binomial nomenclatur" yaitu pemberian nama jenis/spesies dengan menggunakan 2 kata. Misalnya: padi > Oryza sativa. Cara :
Kata depan : nama marga (genus)
Kata belakang : nama petunjuk spesies (spesies epithet). Sistem binomial nomenklatur dipopulerkan pemakaiannya oleh Carolus Linnaeus.

CARA PEMBERIAN NAMA KELAS, BANGSA DAN FAMILI

1. Nama kelas adalah nama genus + nae. contoh: Equisetum + nae, menjadi kelas Equisetinae.
2. Nama ordo adalah nama genus + ales. contoh: zingiber + ales, menjadi ordo Zingiberales.
3. Nama famili adalah nama genus + aceae. contoh: Canna + aceae, menjadi famili Cannacea
Tata Nama Makhluk Hidup

Dalam kehidupan Anda, mungkin sering menemukan suatu jenis makhluk hidup, misalnya tanaman mangga dalam bahasa Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut pauh. Contoh lain, pisang dalam bahasa Indonesia, di Jawa Barat disebut cau, sedangkan di Jawa Tengah dinamakan gedang. Nama mangga dan pisang dapat berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk setempat.

Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin, sesuai dengan kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. Nama ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat, tetapi diharapkan suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar. Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis. Di samping itu akan dibahas juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.

a.

Nama Jenis
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal (mufrad) yang sudah dilatinkan. Misalnya, tanaman jagung nama spesiesnya (jenis) Zea Mays. Burung merpati nama spesiesnya Columbia livia. Kata pertama merupakan nama marga (genus), sedangkan kata kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Dalam penulisan nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama petunjuk jenis, seluruhnya menggunakan huruf kecil. Selanjutnya setiap nama jenis (spesies) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak miring atau digaris-bawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah lain.

b.

Nama Marga (Genus)
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tumbuhan Solanum (terong-terongan), marga hewan Felis (kucing), dan sebagainya.

c.

Nama Suku (Familia)
Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak. Biasanya berasal dari nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Bila tumbuhan, maka ditambahkan akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari kata Solanum + aceae. Tetapi bila hewan ditambahkan dengan idea. Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea. Demikian uraian tentang tata nama makhluk hidup